Ketua DPRD Tewas Diamuk Massa

Tersangka Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana

VIVAnews - Dugaan bahwa tewasnya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara, Abdul Aziz Angkat adalah pembunuhan berencana, dipertegas kepolisian.

"Kami menerapkan Pasal 338 dan 340 dalam kasus ini," kata Juru Bicara Kepolisian Sumatera Utara, Komisaris Besar Polisi Baharuddin Djafar kepada VIVAnews, Senin 16 Februari 2009.

Pasal 338 KUH Pidana adalah pasal perihal menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja. Sedangkan Pasal 340 adalah tentang perencanaan merampas nyawa orang lain, atau dengan kata lain pembunuhan berencana. "Kami belum memberitahukan siapa orang-orangnya [yang dikenai pasal tersebut], tapi ada diantara para tersangka," ujar Baharuddin.

Polda Sumatera Utara telah menetapkan Ketua Pembentukan Provinsi Tapanuli Chandra Panggabean sebagai tersangka utama. "Sampai pagi ini jumlah tersangka sudah 67 orang.  Yang terbaru, mahasiswa berusia 23 tahun dengan inisial FS," tambah Baharuddin.

Sebelumnya, Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Susno Duadji menduga tewasnya Ketua DPRD Sumatera Utara, Abdul Aziz Angkat, sudah direncanakan. Indikasinya, kata Susno, demo maut pada 3 Februari 2009 direncanakan sedemikian rupa. Massa juga membawa peti mati ukuran besar, ditambah dengan spanduk-spanduk ancaman yang salah satunya ditujukan pada Abdul Aziz Angkat, sebagai Ketua Dewan.

Terkuak 5 Kejadian yang Terjadi di Dunia Dikaitkan Ketakutan soal Kiamat

Yang jadi masalah, "Bukan kerandanya [peti mati] tapi teriakan bunuh saja," ujar Susno, Jumat 13 Februari 2009. Teriakan 'bunuh saja' itulah yang diduga memprovokasi massa untuk melakukan kekerasan kepada Abdul Aziz Angkat.

Sebelumnya, Kepala Kepolisian RI, Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengatakan dugaan pembunuhan berencana terhadap Aziz harus dibuktikan dalam penyidikan.

Tewasnya Abdul Azis berawal dari aksi massa yang menuntut berdirinya Provinsi Tapanuli Selasa 3 Januari 2009. Saat politisi Partai Golkar ini hendak dibawa menuju mobil untuk dilarikan, massa datang lebih banyak.

Cacian, makian, dan lemparan botol plastik diarahkan pada Aziz. Pukulan pun diterima politisi Golkar itu. Aziz lalu pingsan dan dibawa lari ke rumah sakit. Namun nyawanya tak tertolong lagi, dia tewas di rumah sakit.

Dinsos Makassar razia dengan mengamankan manusia silver yang mengemis di Jalan Kota Makassar.

Gak Main-main, Manusia Silver di Makassar Bisa Raup Hingga Rp 8 Juta per Bulan

Dinsos Kota Makassar Sulawesi Selatan membeberkan temuannya terkait pengemis di Kota Daeng, salah satunya soal penghasilan manusia silver yang mencapai Rp8 juta per bulan

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024