VIVAnews - Kendati masih dua hari lagi, pemerintah Korea Selatan (Korsel) dan pihak keamanan di Seoul bersiap menyambut kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS). Salah satu tujuan Hillary selama kunjungan di Seoul 19-20 Februari 2009 adalah pusat komando militer gabungan Korea Selatan-Amerika Serikat.
Demikian ungkap pejabat pemerintah Korea Selatan (Korsel), Kim Yong-kyu, hari ini seperti dikutip dari kantor berita Yonhap, Rabu 18 Februari 2009.
Usai mengunjungi Indonesia, Hillary akan bertolak ke Korsel Kamis malam besok. Besoknya, Hillary akan mengunjungi Komando Pasukan Gabungan (CFC) setelah dia mengeluarkan peringatan bahwa Korea Utara seharusnya tidak melakukan uji coba senjata yang tampak akan menjadi misil balistik dengan jangkauan luas.
Menurut Kim, Clinton akan bertemu dengan komandan CFC, diantaranya Jenderal Walter Sharp dari pasukan AS di Korea. Mereka akan membahas masa depan aliansi militer bilateral yang telah berlangsung puluhan tahun.
Sekitar 28.500 personel pasukan AS ditempatkan di Korsel untuk merintangi Korea Utara (Korut). Ini adalah warisan dari Perang Korea 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan kesepakatan damai.
Korsel berencana mengambil alih kontrol atas 660 ribu personel militernya dari kontrol AS di tahun 2012. Itu akan menjadi sebuah perubahan mencolok dalam aliansi AS-Korsel sejak kendali damai dikembalikan tahun 1994 silam.
Clinton akan tiba di Korsel dari Indonesia, Kamis malam. Clinton memulai kunjungan resmi ke kawasan Asia dengan mengunjungi Jepang, Senin lalu, kemudian Indonesia, Korea Selatan, dan terakhir akan bertolak ke China.
Pejabat pemerintah AS dan Korsel mengatakan bahwa Korut mungkin sedang mengembangkan perangkat di lokasi peluncuran di pantai timur Korut untuk menyiapkan misil yang diyakini mampu menjangkau teritori AS.
Dalam konfrensi pers di Jepang sebelum bertolak ke Indonesia Rabu pagi tadi, Clinton memperingatkan bahwa tes misil tidak akan membantu upaya mempererat hubungan negara komunis tersebut dengan AS.