VIVAnews - Kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton diharapkan membuka peluang Indonesia untuk membuka proteksionisme ketat AS dan membuka ekspansi ekspor Indonesia ke negara adidaya itu.
Menurut pakar ekonomi Rhenald Kasali, AS merupakan negara rasionalis yang pasti membawa misi khusus untuk kepentingan mereka. "Walaupun didasari sesuatu yang emosional, tetapi prinsipnya AS melihat Indonesia secara rasional sebagai sebuah peluang untuk keluar dari krisis," katanya setelah Forum Corporate Secretary di Restoran Oasis Jakarta, Kamis, 19 Februari 2009.
Rhenald mengatakan, kunjungan dua hari Menlu itu merupakan jalan bagi pemerintah untuk membuka peluang bagi ekspor Indonesia, khususnya produk pertanian. Selama ini, banyak produk ekspor Indonesia seperti produk kelautan, perkebunan, dan pertanian yang ditolak dengan berbagai alasan non-ekonomi.
Dia menuturkan, krisis memberikan peluang masuknya barang-barang murah yang banyak dihasilkan Indonesia. "Barang-barang kita lebih murah dan bisa diekspor ke AS. Kita juga butuh teknologi, mereka punya itu, jadi harus bernegosiasi," katanya.
Besarnya jumlah penduduk Indonesia, menurut Rhenald menjadi salah satu pendukung AS dalam menjalin kerja sama selain faktor politik. Pasar besar tersebut merupakan peluang bagi AS.
Selain itu, kata dia, sumber daya alam seperti minyak akan muncul dalam pembicaraan. "Demokrat dalam hal ini lebih baik dalam hal diplomasi daripada Republik, tetapi kita harus mengemukakan segala hal untuk kepentingan kita," tutur Rhenald.