Dari Bisnis ke Politik

Gelap Mata Caleg Marjinal

VIVAnews - TAK sulit menjumpai tukang becak satu ini. Di Pasar Pagi, Tegal, Jawa Tengah, tiap hari dia sabar menunggu calon penumpang. Begitu ada yang naik ke becaknya, dia langsung sigap mengambil contoh kertas suara Pemilu 2009 dari bawah jok. Sepanjang perjalanan, sambil berpeluh mengayuh pedal, dia menjelaskan panjang lebar bagaimana cara memilih wakil rakyat. Tak lupa, dia wanti-wanti berpesan supaya mencontreng Abdul Wahid, caleg nomor empat dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk daerah pemilihan Tegal.

Jangan salah. Si tukang becak bukanlah orang suruhan tim sukses Abdul Wahid. Dia itu lah Abdul Wahid sendiri, calon anggota DPRD Tegal.

"Saya aktif di PPP sejak 2004, meski hanya sebagai simpatisan saja," kata pria 46 tahun, yang bersekolah sampai jenjang SMA ini.
 
Menurut pengakuannya, untuk berkampanye dia telah menghabiskan Rp 5 juta. Buat dia, jumlah ini tentu bukan sedikit dan sudah pasti tak cukup untuk memasang baliho atau beriklan di koran. Selama ini dia hanya sanggup mencetak stiker dan pamflet ala kadarnya.

Begini saja, tabungannya sudah terkuras habis. Pendapatannya dari menarik becak tak seberapa, cuma Rp 35 ribu sehari. Beruntung, kata ayah tiga anak yang bermukim di Jalan Kemuning, di timur Kota Tegal ini, “Warga mendukung saya, juga menyumbang dana." Sumbangan dia kumpulkan dari masyarakat yang bersimpati saat dia berkeliling menjajakan programnya ke desa-desa atau sembari mangkal di sudut-sudut keramaian Kota Tegal.  
 
Abdul punya tiga program kerja unggulan. "Saya akan berjuang untuk pendidikan dan kesehatan gratis serta membuka lapangan kerja," katanya, penuh semangat. Jika terpilih, dia berjanji akan membagi tiga gajinya: 50 persen untuk keluarga, 15 persen buat partai, dan sisanya guna kepentingan masyarakat.
  

 
Meski berdompet marjinal, untunglah Abdul tak sampai gelap mata seperti Ujang Zaenal. Oleh penyidik Kepolisian Resor Lebak, Banten, caleg dari Partai Indonesia Sejahtera (PIS) ini dituduh mencuri 14 ton kelapa sawit. Menurut polisi, ia beraksi bersama empat temannya menjarah kebun milik Haji Opi di Desa Parungpanjang, Kamis, 19 Februari 2009.
 
Kini, alih-alih duduk di kursi empuk gedung DPRD Lebak, Ujang harus meringkuk di balik jeruji.  Kepala Polres Lebak Ajun Komisaris Polisi Widoni Fedri mengatakan sebagian tersangka sudah mengakui perbuatan mereka. Kepada penyidik, mereka menunjuk Ujang sebagai otak perampokan.
 
Diwawancarai wartawan, Ujang menyangkal segala tuduhan.  
 
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lebak, Ajun Komisaris Yudis Wibisana, menjelaskan penyidik menemukan indikasi bahwa aksi kriminal itu dilakoni Ujang untuk mencari dana kampanye.  
 


Aib serupa juga melilit Hariman Siregar, caleg bernomor urut 10 dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang akan berlaga di Daerah Pemilihan III Jakarta Timur. Oleh polisi, ia dituduh mencuri sepeda motor bersama seorang rekannya. Ini jelas aksi nekat, menimbang Hariman tak pernah bisa mengendarai motor.

Hariman dibekuk warga saat ia dipergoki sedang mendorong Honda Supra X milik seorang pengunjung Rumah Makan Ayam Goreng Suharti di Kawasan Pulogadung, Jakarta Timur. Peristiwa memalukan itu terjadi Selasa siang bolong, 17 Februari 2009. Tanpa ampun, calon wakil rakyat ini dihujani bogem mentah, sebelum digelandang ke kantor polisi.  
 
Yang “hebat,” Hariman ternyata bukan sembarang caleg. Tak lama setelah ditahan, ia langsung dibesuk AM Fatwa, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Wakil Ketua Majelis Pertimbangan PAN. "Hanya mengunjungi tahanan, bukan mencampuri perkara," Fatwa buru-buru menjelaskan kepada wartawan.
   

 
Berbeda dengan caleg pengusaha di mana kecukupan duit tak lagi jadi masalah, buat sebagian yang lain menjadi caleg adalah semacam adu peruntungan. Di Manado, misalnya. Menurut data Kepolisian Daerah Sulawesi Utara, ribuan orang yang mendaftar sebagai caleg berstatus tak punya pekerjaan tetap. "Jumlahnya mencapai 20 persen," kata juru bicara Polda Sulawesi Utara Ajun Komisaris Benny Bela. Di provinsi ini tercatat ada 17 ribu lebih caleg yang memperebutkan 386 kursi DPRD.

Benny memberi contoh di Polres Bolaang Mongondow. Dari 1.058 orang yang meminta surat keterangan berkelakuan baik sebagai prasyarat jadi caleg, 338 di antaranya mengaku sedang menganggur.

Fenomena ini dibenarkan Ketua Harian Partai Barisan Nasional Sulawesi Utara, Donald Pokatong. Menurut dia, dari 440 caleg partainya, 15 persen diantaranya memang merupakan pengangguran.
 
Jadi, mohon jangan terheran-heran mendengar kabar ini: Desember 2008 lalu ratusan caleg dari Kalimantan Tengah tiba-tiba mengundurkan diri. Apa pasal? Mereka memilih ikut tes calon pegawai negeri yang ketika itu baru buka pendaftaran.

Keluarga Ungkap Penyebab Meninggalnya Sopyan Dado, Punya Riwayat Diabetes Hingga Sakit Jantung

Laporan : Wiwin Wiwoho | Tegal (antv)

Jembatan Francis Scott Key, di kota Baltimore, AS runtuh ditabrak kapal kargo

No Indonesian Victims in the Baltimore Bridge Collapse Incident

Foreign Ministry Spokesperson Lalu Muhamad Iqbal stated that no Indonesian citizens were involved in the incident of the Francis Scott Key Bridge collapse in Baltimore.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024