VIVAnews - Dua hari setelah kegagalan pembicaraan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas, Israel menahan sepuluh pemimpin Hamas di Tepi Barat pada Kamis pagi, 19 Maret 2009, waktu setempat.
Empat orang pembuat kebijakan Hamas, seorang guru besar, dan mantan wakil perdana menteri Hamas Masser Shaer termasuk di antara mereka yang ditahan.
"Mereka yang ditahan terlibat dalam proses perluasan pemerintahan Hamas," kata militer Israel melalui pernyataan pers.
Penahanan sepuluh petinggi Hamas ini dinilai sebagai upaya menekan Hamas untuk melepas tentara Israel, Sersan Gilad Schalit, yang ditahan kelompok militan itu sejak Juni 2006. Salah seorang pemimpin Hamas di Gaza, Ahmed Bahar mengatakan penangkapan atas teman-temannya merupakan upaya pemerasan.
Selain penahanan sepuluh anggota Hamas, kegagalan pembicaraan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas berujung panjang. Israel menolak menghentikan blokadenya ke Gaza sampai Shalit dipulangkan.
Sejumlah pihak juga khawatir kegagalan ini akan meningkatkan level kekerasan di Gaza yang terus terjadi sejak serangan Israel akhir 2008 lalu. Sekitar 1300-an warga Palestina dan 13 warga Israel tewas. Israel beralasan serangan militernya merupakan balasan penembakan roket Hamas ke Israel.
Sementara itu, ayah Schalit, Noam menyalahkan perdana menteri Ehud Olmert yang gagal membebaskan putranya. Noam mengatakan ia dan keluarganya akan memasang tenda protes di luar kediaman Olmert untuk memperingati seribu hari penangkapan anaknya. (AP)