Bom di Kelapa Gading

Kisah Polisi Semprul dan Udin Petot

VIVAnews - Polisi sudah mengintai Wahyu,pemilik bahan pembuat bom, sejak dua bulan lalu. Setelah mendengar kabar adanya bahan pembuat bom di Gading Sengon, RT 05/RW 14,Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, dua intel polisi "ditanam" di kompleks itu. Keduanya kontrak rumah di samping kediaman sang buruan. Warga di sekitar situ tak pernah tahu kalau kedua penghuni baru itu intel polisi.

Timnas Indonesia U-23 Mengganas di Piala Asia, Marc Klok: Masa Depan Cerah

Anehnya mereka tidak punya nama. Tiap kali warga bertanya soal nama, keduanya selalu menampik. Warga jelas kebingungan memanggil atau menyapa dua penghuni baru itu. Muslih, warga yang terhitung sepuh di situ, juga kerap kali salah tingkah. Saban malam mereka kerap kali ngobrol ngalor ngidul, tapi Muslih tidak pernah tahu nama keduanya. Kadang disapa Mas, kadang pula disapa Abang.

Entah dapat wangsit dari dunia mana, si tua Muslih tiba-tiba memberi nama unik kepada dua pria muda ini. Yang satu diberi nama Semprul dan satunya lagi diberi nama Udin Petot."Habis saat ditanya mereka tidak punya nama. Ya sudah saya kasih nama Semprul dan Udin Petot," kata Muslih kepada vivanews.

Mendag Zulhas Sebut Kenaikan Harga Bawang Merah Akibat Banyak Pedagang Belum Mulai Berjualan

Muslih kerap kali menyuruh dua pemuda itu untuk mengantar air keliling, ke rumah -rumah warga. Keduanya bekerja penuh semangat.  "Dan mereka sangat semangat kalau mengantar air ke rumah Wahyu," kata Muslih.

Dua pemuda ini dikenal doyan melucu, ramah dan rajin. Rajin jaga malam dan berbaik hati membeli rokok untuk warga yang ronda malam.

Konsumen Bisa Jajal Langsung Wuling Cloud EV di PEVS 2024

Selasa pagi tadi warga sekitar terperanjat bukan kepalang. Saat sejumlah polisi datang menggrebrek rumah Wahyu, dua pemuda itu kok ikut-ikutan beraksi. "Mereka pegang senjata," kisah Met Jarwo,tetangga Wahyu yang menyaksikan adegan pagi hari itu.

Mbah Muslih juga tidak kalah bingungnya. Kok si Semprul dan Udin Petot tiba-tiba mengokang bedil. Yang satu pegang pistol dan yang satunnya bersiaga dengan senjata laras panjang. Semuanya menjadi jelas ketika warga tahu bahwa si Semprul dan si Petot itu adalah intel polisi yang menyamar. Dan Wahyu adalah buruan mereka.

Kini rumah kontrakan yang ditempati polisi intel itu sudah sunyi senyap. Rumah juga sudah kosong melompong. "Habis penggerebekan barang-barangnya sudah diangkuti semua," kata Muslih. Mbah Muslih juga kehilangan dua pemuda yang setia menemaninya melewati malam.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya