Daging Olahan dari Sampah

Indonesia Minim Pengawasan Sampah

VIVAnews - Temuan daging olahan dari sampah restoran atau hotel menunjukkan minimnya pengawasan barang bekas di Indonesia. Pengawasan barang bekas penting terutama menyangkut pangan.

Demikian dikatakan Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo usai menghadiri diskusi di Kantor Dewan Perwakilan Daerah, Kompleks DPR/MPR, Jakarta Selatan, Jumat 19 September 2008.

Tempat pembuangan sampah di Indonesia sangat mudah diakses semua orang. Jadi, siapapun dapat memilah sampah yang ada untuk digunakan kembali.

"Kalau yang didaur ulang plastik sih tidak masalah. Tapi, ini daging bekas yang dikonsumsi lagi," kata Imam.

Di Saudi Arabia, kata Imam, setiap restoran memiliki pengawas dapur. Alasannya, agar masyarakat bisa memastikan dapur restoran itu memenuhi standar kesehatan yang bisa
dipertanggunjawabkan.

Menurutnya, apa yang dilakukan restoran-restoran di Arab itu sebagai bagian dari pelayanan publik yang harus dipenuhi.

Indonesia, kata Imam, harus mulai berpikir untuk menerapkan pengecekan berkala terhadap warung dan restoran, yang mendistribusikan barang konsumsi. "Ini harus
dimulai," ujarnya.

Sisterhood Modest Bazaar, Berburu Baju Lebaran Hingga Menu Berbuka

Di Jakarta Barat, Darno (50), memproduksi daging olahan dari sampah restoran dan hotel. Daging itu kemudian diolah dengan campuran pewarna tekstil dan formalin. Kasus Darno kini ditangani kepolisian Jakarta Barat.

Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel

Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme

Guru Besar Fakultas Psikologi UI Prof. Dr. Mirra Noor Milla, sepakat bahwa perempuan, anak-anak, dan remaja rentan terpapar radikalisme, seperti paparan BNPT

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024