VIVAnews - Tidak dipungkiri, aktivitas kampanye menjelang Pemilu mempengaruhi pergerakan perekonomian masyarakat daerah khususnya sektor riil. Lihat saja, pengusaha percetakan, sablon, spanduk dan pembuat baliho seperti ketibanan rejeki untuk memenuhi orderan para calon legislatif.
Tidak ketinggalan bagaimana pedagang keliling juga menikmati rejeki ini. Selain itu, kotak-kotak iklan di koran-koran daerah juga terlihat ikut kebanjiran rejeki kampanye.
Menurut pengamat marketing politik Hermawan Kertajaya, fenomena meningkatnya pergerakan ekonomi masyarakat menjelang Pemilu itu sudah bagaikan tradisi. Namun, di tahun ini ada sedikit perbedaan dibanding tahun-tahun pemilu sebelumnya.
"Tahun 2004, kampanye lebih bersifat kampanye parpol, national campaign parpol. Sekarang berbeda, lebih ke local me campaign,"kata Hermawan saat dihubungi VIVAnews, Jumat, 3 April 2009.
Yang dimaksud dengan local me campaign adalah model kampanye yang lebih mementingkan kemampuan si caleg untuk menjual dirinya ke masyarakat tanpa banyak membawa embel-embel parpol. Di model ini, caleg memiliki peranan penting atas keberhasilan parpol yang membawanya untuk kembali dipilih masyarakat.
Perubahan model kampanye ini, lanjut Hermawan, tidak lain imbas dari perubahan strategi sebagian besar parpol yang menentukan dukungan suara bukan lagi dari nomor urut di partainya, melainkan suara dukungan terbanyak.
Perubahan itu, mau tidak mau akhirnya mendorong para calon legislatif yang ingin mendapatkan bangku di DPR, DPRD maupun DPD nanti, harus terjun langsung ke lapangan atau dapil-dapil untuk mendapatkan dukungan suara sebanyak-banyaknya.
"Kampanye saat ini lebih menonjolkan karakter calon legislatif itu sendiri, bukan lagi parpol," katanya.
Aksi jual diri para caleg ini, menurut Hermawan, bisa saja lebih banyak menghabiskan dana dibandingkan model kampanye parpol dulu. Karena, untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat di dapil yang dipilihnya, para caleg harus mati-matian mempromosikan diri.
Jika tidak ingin caleg dari parpol yang sama dan di dapil yang sama jauh mengungguli. Bisa dikatakan, saat ini bukan hanya perang antarparpol, melainkan perang antar caleg di parpol yang sama untuk mendapatkan kursi.
"Percuma, jika Anda tokoh nasional tapi kurang terkenal di dapil yang dipilih, pasti akan kalah dibanding tokoh lokal yang karakternya sudah tertanam di dapil itu. Itulah, mengapa sekarang yang terjadi banyak caleg yang membeli iklan di media-media lokal untuk memperkenalkan dirinya," ujarnya. Namun, besarnya dana yang dihabiskan ini, dirinyatidak memiliki angka pastinya.
Namun, diakui, jelas anggaran para caleg ini harus besar. Meski, ini tidak terlalu berlaku bagi para caleg yang memang sudah ada nama di dapilnya, terlebih jika jam kerjanya di lapangan sudah dirasakan
masyarakat setempat.
Jika begitu, bisa saja si caleg tidak mengeluarkan sedikitpun uang melainkan hanya tinggal menyediakan pundi-pundi untuk diisi saja. "Inilah yang saya sebut new wave campaign (model kampanye gelombang baru), dimana karakter si caleg lebih penting dibandingkan brand parpolnya sendiri," kata Hermawan.
Hermawan menyontohkan, meski ia tidak bisa memastikan perhitungan mengenai persentase pengeluaran dana oleh para caleg, "Jika dari 11 ribu caleg masing-masing mengeluarkan Rp 300 juta, maka dana yang mengalir ke daerah bisa mencapai Rp 3 triliun," ujarnya.
Uang sebesar itu jelas dipergunakan untuk berkomunikasi, "bukan mengiklankan", ke masyarakat. Bisa melalui penyebaran spanduk, pemasangan iklan diri di media-media lokal seperti media cetak, radio maupun televisi. Atau pun dengan menyebar perangkat-perangkat berbau parpol seperti kaos, topi, pin dan ditambah dengan pargelaran puncak kampanye yang diisi dengan hiburan (event).
Untuk itulah, Hermawan memprediksikan tahun ini dana yang dikeluarkan para caleg jauh lebih besar dari tahun pemilu 2004 sebelumnya. Begitu pula parpol yang mendukung mereka, mau tidak mau sedikit membantu, jika tidak ingin kehilangan para calegnya.
"Saya yakin kampanye sekarang akan lebih banyak dana yang mengalir ke daerah, bukan lagi ke pusat," katanya.
VIVA.co.id
25 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Sebenarnya Shin sudah pernah membawa timnas Indonesia U-19 menghadapi Korsel pada pertandingan uji coba beberapa tahun lalu. Namun kali ini, tim asuhannya akan memainkan
Padahal, kata dia, pemerintah telah menerbitkan Perda nomor 2 tahun 2010 tentang penyelenggaraan sistem pendidikan wajib belajar Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah.
Scimago Institutions Rankings (SIR) telah merilis pemeringkatan terbaru untuk institusi akademik dan riset di Indonesia. Pemeringkatan ini mempertimbangkan..
Jika Bergantungmu Sudah Pada Allah, Pilihan Apapun yang Kamu Pilih Tidak Akan Mengecewakanmu
Olret
24 menit lalu
Karena kita tidak akan pernah menyesal atas satu pilihan, sekalipun pilihan itu akhirnya mencipta sebuah kesedihan, jika memang dari awal kita telah gantungkan semuanya
Selengkapnya
Isu Terkini