VIVAnews - PT Eratex Djaja Tbk memutuskan untuk menutup divisi tekstil pada 30 September 2008. Penutupan itu seiring kerugian divisi tersebut secara terus-menerus selama beberapa tahun terakhir.
"Hal itu akibat tingginya persaingan untuk produk tekstil (kain dan sarung) yang harus kami hadapi," kata Direktur Utama Eratex Djaja Joseph Chan dalam keterbukaan informasi yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin 10 November 2008.
Menurut dia, kontribusi divisi tekstil selama tiga tahun terakhir sesuai laporan keuangan tahunan (tidak diaudit) dan tiga bulanan mencatatkan kerugian signifikan. Pada 2005, divisi tekstil membukukan kerugian sebesar Rp 10,81 miliar, sedangkan 2006 senilai Rp 6,49 miliar.
Kerugian berlanjut pada 2007 yang mencapai Rp 13,79 miliar. Sementara itu, pada triwulan III-2008, divisi tekstil merugi Rp 11,19 miliar.
Eratex berdiri pada 1972 dan merupakan perusahaan patungan antara konsorsium perusahaan tekstil di Hong Kong dan Indonesia. Perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia) pada 1980.
Perseroan memiliki pabrik seluas 5.000 meter persegi di Probolinggo di areal seluas 17 hektare. Perseroan mempekerjakan sebanyak 4.500 karyawan dengan produk perseroan dipasarkan di dalam dan luar negeri.