Iklan Politik Tak Menjamin Banyak Pemilih

VIVAnews – Pengamat politik, Arbi Sanit, mengatakan iklan politik di media massa tidak menjamin tingkat dukungan publik. “Buktinya Rizal Mallarangeng mundur setelah beriklan,” kata Arbi Sanit di Dewan Perwakilan Daerah, Senayan, Jakarta, Jumat 21 November 2008.

Nyamannya Naik Gunung Terbersih di Indonesia

Menjelang Pemilihan Umum 2009, kampanye politik melalui media massa menjadi tren. Mayoritas partai dan tokoh beradu kreativitas guna mencuri perhatian publik di depan layar televisi, koran, radio dan media online.

Sanit mengakui iklan membantu membangun citra seseorang. “Tapi, bukan satu-satunya media pembentuk popularitas itu,” katanya. Menurut Arbi Sanit, kampanye politik bisa efektif membentuk persepsi publik, jika ada kedekatan antara masyarakat dan tokoh atau partai itu.

Tekuk Korea Selatan, Rafael Struick: Ayo Kita ke Paris dan Ciptakan Sejarah Lagi!

Dihubungi terpisah, Direktur Lembaga Survei Indonesia, Doddy Ambardi mengatakan, kampanye melalui media massa merupakan cara efektif menarik perhatian publik. “Hal ini, dapat memperbesar peluang menang dalam Pemilihan Umum, dibanding kampanye tradisional,” katanya.

Sebab, menurut Doddy, media massa mempunyai jangkauan luas. “Keuntungan lainnya, kampanye media massa dapat diingat publik dalam waktu lama.

Shin Tae-yong: Pelatih Timnas yang Juga Mahir Kendarai Truk dan Mobil Setir Kanan

Sebaliknya, kampanye tradisional jangkauannya terbatas. “Contohnya pemasangan atribut partai atau pengerahan massa,” katanya. Kendati demikian, kampanye tradisional juga tak bisa ditinggalkan. “Sangat efektif untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau media massa.”

Telapak Kaki Nabi Muhammad

Geger Seorang Ulama Pesohor Kritik Nabi Muhammad

Iran tengah dihebohkan setelah seorang ulama, yang sangat pesohor oleh pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengeluarkan kritik terhadap Nabi Muhammad, dengan komentar

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024