Arah Investasi Sepekan

Indeks Menanti Aksi Presiden AS Terpilih

VIVAnews - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka awal November ini dengan pergerakan positif (sweet November).

Pasar (market) masih menunggu apa yang akan dilakukan presiden Amerika Serikat terpilih (Barack Obama) untuk mengatasi keadaan ekonomi AS dengan mulai mencoba memilih Menteri Keuangan yang akan masuk dalam jajaran kabinetnya.

Mengejutkan! Rangking FIFA 8 Negara Eropa Ini Ada di Bawah Timnas Indonesia

Yang ditanyakan pasar saat ini adalah ‘bagaimana bentuknya’ dan ‘seberapa besar’ dampak perubahan (atas krisis keuangan) dari Obama. Di antaranya solusi untuk mengatasi krisis keuangan dan anggaran defisit yang sangat besar mencapai US$455 miliar AS saat ini. Pelaku pasar menanti kebijakan fiskal yang lebih efektif.

Fase akumulasi pembelian selektif mulai terlihat, walaupun kontradiksi dengan tren IHSG jangka menengah yang masih dalam arena terkoreksi (bearish). Ada pola tren naik (uptrend) dalam jangka yang sangat pendek (mini bullish) dengan batas atas (resistance) di kisaran 1.440 dan titik batas bawah (support line) di 1.180, sehingga masih ada probabilitas untuk bergerak melemah menuju konsolidasi membentuk dasar (basing) bagi era bullish ke depannya, (atau, yang terburuk, hingga kembali melemah membentuk double bottom di 1.111).

Pasar masih menunggu adanya beberapa titik konsolidasi ataupun mencoba titik support bawah untuk membentuk basing awal menuju tren bullish kembali.

Market berharap bahwa apa yang dikatakan statistik secara historis bahwa “September-Oktober adalah bulan bagi bursa untuk bergerak menuju lowest levelnya” adalah benar, sehingga (pada bulan berikut, setelah Oktober) ada harapan untuk bergerak di atas lowest levelnya menuju ke arah bullish.

Top Trending: Sosok Noni Belanda Jadi Anggota TNI sampai Polisi Beri Mahar Emas Palsu

IHSG melemah dipicu aksi ambil untung (profit taking) setelah menguat di atas 250 poin dalam seminggu. Pasar sell on news (market fulfill the expectation, dengan memfaktorkan ekspektasi di pasar) di tengah euforia kemenangan Barrack Obama, bersamaan dengan dibukanya suspensi saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang memberi sentimen negatif ke IHSG. Tentunya koreksi (bukan crash) di market masih akan terjadi lagi.

Perlahan-lahan market kita sudah persisten dengan headlines situasi buruk, sehingga pasar sudah memfaktorkan hampir semua sisi buruk yang akan terjadi kelak, (kemungkinan besar masih akan ada agenda bailout lanjutan, U$$700 miliar untuk yang kedua kalinya).

Dari dalam negeri, inflasi Oktober 2008, tercatat 0,45 persen untuk month on month atau 11,77 persen year on year sesuai dengan ekspektasi. Tekanan inflasi terutama muncul dari kenaikan harga makanan yang meningkat akibat efek pelemahan nilai tukar rupiah (imported inflation). Dinamika sisi moneter masih belum dapat menurunkan suku bunga acuan perbankan (BI rate tetap di level 9,5 persen), karena banyak faktor yang menahannya.

Faktor-faktor tersebut, antara lain adalah, yang pertama, ekspektasi dari percepatan pencairan anggaran sekitar Rp 500 triliun. Kedua, belanja Pemilu yang dapat mendorong inflasi dari demand side. Ketiga, purchasing power yang slowing down pascaLebaran, serta yang keempat, posisi cadangan devisa saat ini yang turun drastis menjadi US$50,58 miliar dari tertinggi US$59,8 miliar (karena aksi intervensi di pasar valas), (turunnya posisi cadangan devisa akan melemahkan nilai tukar rupiah). Terakhir, yang kelima, untuk menjaga daya tarik investasi aset rupiah karena spread yang semakin lebar (850 bps) antara BI rate dengan fed funs rate (FFR).

Market masih juga menunggu trigger dan katalis untuk kembali total masuk ke pasar, (walaupun pasar memang sudah undervalued), antara lain mengurangi eksposure risiko yang ada di pasar (risiko masih seputar jatuhnya harga komoditas dan pelemahan nilai tukar rupiah), yang tentunya membuat keringnya likuiditas dan kepercayaan di pasar.

Pendeta Ini Ajak Jemaatnya Untuk Masuk ke Masjid dan Ungkap Hal Tak Terduga Ini

Adapun adanya capital outflow oleh karena penarikan dana para hedge fund dari berbagai bursa global membuat keringnya likuiditas dolar AS (USD), akibatnya nilai tukar USD menguat terhadap mata uang global, termasuk rupiah.

Faktor menggembirakan dari sektor riil adalah akan turunnya harga premium bersubsidi, berlaku mulai 1 Desember 2008. Penurunan harga premium sebesar 8,3 persen masih dirasa belum memberi efek dampak yang signifikan dan kurang efektif saat ini terhadap sektor riil, namun setidaknya masih ada sentimen positif atas naiknya purchasing power dari masyarakat.

Nonfarm payrolls turun 240,000 pada Oktober dan unemployment rate ke titik tertinggi selama 14 tahun, dengan pemutusan kerja sebanyak 240,000, 6,5 persen di Oktober, sehingga menjadi 10,1 juta orang yang tidak bekerja.

Barry (Barack Obama) menghadapi masalah yang ‘setali tiga uang’ dengan yang terjadi pada era Presiden AS Franklin Delano Roosevelt (FDR) yang pada saat itu (1933) menghadapi periode The Great Depression. Sehingga, untuk menenangkan pasar dan rakyat, FDR pernah berucap bahwa “satu-satunya yang harus kita takuti adalah rasa takut itu sendiri”.

Di hari H, pemilihan Presiden AS, bursa cenderung mengalami kenaikan saat Republik menang, dan bursa cenderung melemah saat Demokrat menang, (namun dalam periode pemerintahan Demokrat 4 tahun, bursa akan menunjukkan performa yang lebih baik secara historikal).

Dalam periode 1888-2004, dari Senin hingga Rabu saat minggu pemilihan Presiden, bursa akan bergerak naik 0,7 persen ketika Republik menang, dan akan turun 0,5 persen ketika Demokrat menang (dan ini sudah terbukti minggu ini). Dan pasar juga ke depannya akan membuktikan bahwa dalam periode Demokrat, market akan bergerak bullish. (We’ll see!)

Parameter risiko telah berubah karena adanya krisis keuangan dewasa ini, yang terjadi di September-Oktober 2008 adalah bentuk dari ”slow-motion crash”. Indikator-indikator teknis menunjukkan (hanya) sinyal beli (namun belum terkonfirmasi lebih lanjut). Resistance IHSG berada pada level 1.440, apabila dalam waktu dekat gagal menembus titik tersebut, maka IHSG tentunya akan melanjutkan pelemahan mengikuti downtrend channel jangka menengah.

Dalam tiga era depresi yang besar (tahun 1929, 1965, 1989) nilai saham akan jatuh lebih di bawah 50 persen dari titik peak-nya, dari masa bubbles markets (seperti juga yang terjadi tahun lalu). Saat ini mayoritas saham telah berada di bawah historikal trennya.

Selain karena dua bulan sebelumnya market telah bergerak melemah signifikan (September-Oktober), dan bulan November-Desember secara historis (market honeymoon) adalah periode di mana setelah pemilihan Presiden AS market bergerak relatif positif (flat to higher).

So, it’s time to start accumulating by buying on weakness (but stay cautiously) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Astra International (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

(jangan full buy dahulu, karena masih ada kemungkinan market mencoba tes ke level terendah tahun ini kembali di sekitar 1.111 untuk menciptakan basing, konsolidasi bagi support untuk periode bullish kembali, ketika Demokrat mulai memasuki White House di awal Januari 2009). Sejak 1926-2000, performa bursa lebih baik ketika periode pemerintahan Demokrat.

Sejak 1928 (dari Franklin Roosevelt hingga Bill Clinton), bursa bergerak positif di bawah 5 dari 6 era pemerintahan Demokrat (kecuali pada era Jimmy Carter tahun 1976). Dan tidak secara kebetulan, untuk pertama kalinya dalam 76 tahun, krisis keuangan terjadi pada waktu yang sama dengan tahun dimana terjadi pemilihan Presiden AS.

Overall, historikal, bursa bergerak positif di atas 60 persen sejak dimulainya kepemimpinan Demokrat hingga terpilihnya Presiden berikutnya (4 tahun kemudian). Dengan kata lain selama era Demokrat bursa bergerak positif. (David Cornelis, pengamat pasar modal)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya