Il Palio ( Bagian I)

Hati Dan Jiwa Para Senese

VIVAnews - Jika Anda pergi ke Siena, kota kecil nan cantik di wilayah Toscana, Itali maka tak lengkap rasanya jika Anda tidak menyaksikan Il Palio, pacuan kuda khas Siena yang sudah diselenggarakan sejak awal abad XI. Sebelumnya, saya telah membaca beberapa referensi mengenai Palio dari buku-buku grammar bahasa Itali yang saya temukan di perpustakaan Pusat Kebudayaan Itali, Kuningan, Jakarta Selatan.

Kala itu saya menganggap jika Palio tak lain merupakan salah satu usaha pemerintah setempat guna menarik perhatian lebih banyak turis untuk mengunjungi Siena. Namun, setelah saya melihat Palio dengan mata kepala sendiri, saya menyimpulkan jika Palio lebih dari sekadar atraksi budaya yang dipersembahkan untuk para turis, namun lebih kepada jiwa dan hati para Senese, warga Siena.

Saya menjejakkan kaki di kota yang serupa hamparan batu bata berwarna merah keemasan di tengah padang rumput, wine yard, dan rentetan pohon zaitun ini tepat dua hari sebelum pertandingan dimulai. Segera setelah saya memasuki pusat kota, atmosfer berpesta pun mulai terasa.

Zulhas Enggan Revisi Aturan Barang Bawaan dari Luar Negeri: Bayar Pajak Dong!

Para penduduk lokal berbaur dengan turis asing dari mancanegara dan memenuhi setiap sudut kota. Dari piazza hingga ke kafe-kafe yang menyuguhkan cappuccino khas Itali, dari via (jalan besar) hingga ke vicollo (gang kecil). Laki-laki, perempuan, tua, muda, semuanya menyatu menikmati suasana gegap gempita menjelang diselenggarakannya Palio. Gedung-gedung dan apartemen disepanjang jalan dihiasi oleh bendera-bendera dari masing-masing contrada.

Hal yang menjadi penggerak pertandingan akbar ini adalah 17 contrada yang ada di Siena, yaitu sebuah sistem pembagian administrasi wilayah yang sudah dibentuk semenjak abad pertengahan yang terdiri dari: Aquila (Elang), Bruco (Ulat Bulu), Chicciola (Keong), Civetta (Burung Hantu), Drago (Naga), Giraffa (Jerapah), Istrice (Landak), Leocorno (Unicorn), Lupa (Serigala Betina), Nicchio (Kerang), Oca (Angsa), Onda (Ombak), Pantera (Harimau Kumbang), Selva (Hutan), Tartuca (Kura-Kura), Torre (Menara), dan Valdimonte (Biri-Biri Jantan).

Contrada awalnya dibangun untuk mendukung pasukan militer yang disewa untuk mempertahankan kemerdekaan Siena dari Florence dan kota-kota disekitarnya. Semakin lama, contrada semakin kehilangan fungsi administratifnya, dan pada akhirnya menjadi satu wilayah yang mengorganisasi penduduknya dimana emosi dan kesetiaan tercurah.

Bisa dibilang contrada telah menguasai kehidupan para contradaioli (sebutan untuk penduduk contrada); kelahiran, pembaptisan, pernikahan, hingga kematian. Contrada selalu hadir dalam kehidupan mereka. Sedari lahir anak-anak sudah diperkenalkan dengan contrada, dan seiring berjalannya waktu, kecintaan dan kesetiaan semakin tumbuh pada contrada mereka.

Hal ini semakin terlihat jelas pada saat pelaksanaan Palio, masing-masing contradioli mulai terhipnotis dengan suasana menjelang pertandingan. Lupakan teman, sahabat, bahkan pasangan hidup, saat ini … kemenangan contrada menjadi yang utama.

Persiapan masing-masing contrada untuk menghadapi pertandingan ini sudah dimulai sejak jauh-jauh hari. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih il Capitano (Kapten) mereka. Sang kapten lah yang akan mengurus keuangan contrada, menyusun strategi perang pada saat pertandingan, dan yang akan memimpin pasukan pada Palio di “medan perang”. Lalu ada Barbaresco, seseorang yang bertugas untuk menjaga kuda yang akan mereka gunakan untuk bertanding.

Tugas selanjutnya adalah memilih Comparsa, barisan pemuda yang akan menggunakan kostum khas contrada. Ada dua bagian comparsa yang paling penting yang harus dipilih, barisan yang akan membawa umbul-umbul, atau yang disebut dengan il piaggio maggiore dan il duce, yaitu barisan yang akan menggunakan pakaian jirah ala abad pertengahan yang menggambarkan betapa megahnya contrada mereka.

Untuk beberapa bulan kedepan, orang-orang yang beruntung tersebut akan mempersembahkan setiap waktu luang yang mereka miliki untuk mengatur posisi, berlatih melempar bendera, dan meningkatkan kemampuan memukul genderang yang akan menyertai pawai contrada mengelilingi pusat kota sebelum pacuan dimulai. Dari sinilah perjuangan dan harapan mereka dimulai.

Tiga hari sebelum Palio dimulai, diadakan sebuah undian yang akan menentukan kuda mana yang akan digunakan oleh masing-masing contrada. Undian ini merupakan penentu takdir mereka, karena menang kalahnya mereka dalam pacuan akan ditentukan oleh kuda seperti apa yang mereka akan dapatkan.

Maka pada hari itu akan terpilih sepuluh kuda beruntung yang akan berlaga di tahun itu. Ya … Anda benar, sepuluh kuda. Setiap pertandingan hanya ada sepuluh contrada yang akan bertanding, alasannya adalah: arena pacuannya terlalu kecil jika harus digunakan untuk tujuh belas kuda. Oleh sebab itu, Il Palio di selenggarakan dua kali setiap tahunnya, 2 Juli dan 16 Agustus. Pertandingan 2 Juli dipersembahkan untuk Madona Provenzano dan pertandingan yang diselenggarakan pada 16 Agustus dipersembahkan untuk Sang perawan Maria.

Tiap tahunnya sudah ditetapkan sepuluh contrada yang akan bertanding di bulan Juli, sedangkan pada bulan Agustus, akan ada tiga contrada beruntung yang dapat mengikuti kembali pertandingan bulan ini melalui proses undian. Dalam hal ini, contrada Leocorno terkenal dengan keberuntungannya, karena bisa dipastikan tiap kali undian dilaksanakan nama Leocorno  selalu menjadi salah satunya.

Setelah masing-masing contrada memiliki kudanya untuk bertanding maka akan dilaksanakan pertandingan percobaan sebanyak enam kali sehingga para il fantino (joki) dapat menyesuaikan diri dengan kuda-kuda yang akan mereka tunggangi. Pada sesi percobaan ini suasana kerap memanas.

Hal yang menarik dari pertandingan ini adalah Palio ternyata kerap dibumbui oleh permainan politik antar contrada, suap menyuap agar seorang joki dari contrada lawan menyerah, hingga usaha yang sedikit konyol, yaitu dengan memberikan obat pencahar sehingga pada saatnya kuda lawan tidak dapat bertanding.

Upaya ini akan berlangsung hingga detik terakhir pacuan, jika pada saat terakhir terompet tanda pertandingan dimulai sang joki mendapatkan penawaran harga yang pas dari contrada lawan maka bisa dibayangkan … dia tak harus berjuang dengan keras untuk memenangkan pertandingan kali itu.

Biadab! Israel Eksekusi Anak Palestina Beramai-ramai dari Usia 4-16 Tahun
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi

Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di GT Halim Ternyata Masih Anak-anak, Bos Akan Diperiksa

Polisi juga akan memeriksa orangtua dari sopir truk tersebut.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024