Kasus HOMC

Dirut Pertamina: Ini Prinsipil, Saya Tak Mau

VIVAnews - Perkembangan kasus dugaan korupsi impor bahan baku untuk membuat bensin tanpa timbal yang dikenal HOMC (high octane mogas component) masih ditangani Kejaksaan Agung. Sejumlah pejabat PT Pertamina sudah mulai dimintai keterangannya dalam kasus ini.

Direktur Utama Pertamina, Ari H. Soemarno, yang dihubungi VIVAnews, Kamis 4 Desember 2008, menolak menerangkan kasus ini. “Saya tidak mau. Saya sedang di luar negeri,” ujarnya. Ari bersikeras bahwa selama dia di luar negeri, dia tidak mau dikonfirmasi masalah apapun. “Ini  prinsipil. Saya tidak mau."

VIVAnews juga mewawancarai Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Ahmad Faisal. Namun Ahmad mengaku tidak mengetahui pemanggilan itu. "Sebab itu bukan wilayah saya. Itu bukan di tempat saya, tapi di pengolahan,” katanya.

Sebelumnya, Marwan Effendy, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung mengakui penyidiknya sudah memanggil beberapa pejabat Pertamina untuk dimintai keterangan.

Proyek HOMC ini masuk ke kejaksaan lantaran diduga merugikan Pertamina. Masalahnya, Pertamina harus mengimpor HOMC dengan harga mahal.

Trade Minister Reveals Cause of Onions Price Hike

Akibatnya terjadi penurunan net margin pengolahan Pertamina dari US$ 3,08 per barel crude (pada 2005) menjadi US$ 0,16 per barel crude (prognosa Desember 2006) atau kerugian sekitar US$ 2,92 per barel crude.

Angka tersebut jika dikalikan dengan pengolahan crude pada 2006 sebesar 340.262.733 barel crude, maka kerugian yang diderita Pertamina sekitar US$ 993,6 juta atau sekitar Rp 9,2 triliun.

Menurut data yang diperoleh VIVAnews, impor yang sama juga terjadi pada 2005. Impor HOMC melonjak dari 6 juta barel menjadi 10 juta barel. Dengan harga rata-rata US$ 61,1 per barel pada 2005, maka Pertamina pada tahun itu merugi US$ 308 juta.

“Jika ditambah dengan kerugian 2006 maka totalnya menjadi US$ 1,302 miliar atau setara Rp 12,1 triliun,” ujar sumber VIVAnews beberapa waktu lalu. Duit sebanyak itu sudah cukup untuk membangun 6 kilang memproduksi bensin tanpa timbal. “Sebab biaya pembuatan satu kilang US$ 230 juta," katanya.

Kasus ini bermula saat pemerintah berniat mengurangi penggunaan timbal (tetra ethyl lead/TEL) dalam memproduksi bensin bersubsidi, pada 1999. Namun, proses pembuatan bensin non-timbal berbiaya tinggi, karena Pertamina harus mengganti timbal dengan HOMC yang harganya jauh lebih mahal.

Hal inilah yang membuat Menteri Keuangan Boediono (sekarang Gubernur Bank Indonesia) pada 2003 tidak bersedia menandatangani Surat Kesepakatan Bersama (SKB) dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Surat ini, isinya mewajibkan bensin yang diproduksi Pertamina tidak mengandung timbal.

Pada Januari 2005, Direktur Jenderal Migas Departemen Energi Iin Arifin Takyan juga menerbitkan surat untuk Direktur Utama. Intinya juga menegaskan penyediaan bensin tanpa timbal hanya bisa dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan.

Satu bulan kemudian, direksi Pertamina menyurati Menteri Negara BUMN meminta persetujuan proyek bensin tanpa timbal. Namun, hingga Juni 2005—ketika Pertamina mulai mengganti timbal dengan HOMC dalam proses produksi bensin bersubsidi di kilang Cilacap-- Departemen Keuangan dan kementerian BUMN belum memberikan persetujuan tertulis.

Jasa membersihkan lampu mobil.

6 Cara Ampuh dan Mudah Bersihkan Mika Lampu Mobil yang Kusam

Lampu mobil menjadi salah satu komponen penting, karena menyangkut dengan keselamatan pengendara dan juga pengguna jalan lainnya. Maka itu, mika lampu jangan sampai kusam

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024