"Hidup Untuk Pantomim"

Ketika Gerak Melampaui Kata-kata

VIVAnews - Kata-kata adalah senjata, tegas si pemberontak Subcomandante Marcos. Dan dunia memang kerap takluk ditikam kata. Namun, adakalanya kata-kata begitu mengasingkan, tak membebaskan, dibebat keculasan. Itu karena "manusia lupa bahwa dirinya adalah pantomim."

Milan Sladek, sang pemuka pantomim itu, merangkai kalimat pendek tersebut di atas panggung nir-properti pada pertunjukan tunggal berjudul "Hidup Untuk Pantomim" di Goethe Institut, Jakarta, Kamis 4 Desember 2008 malam. Dua malam sebelumnya Ia mementaskan pertunjukan "Komedi Manusia" di Teater Salihara. Namun, kalimatnya tak berhenti di situ. Ia juga berujar: manusia dengan kata-kata adalah manusia yang ganjil, karena bahasa tubuh jauh lebih purba.

"Bunga Matahari," pembuka pertunjukan malam itu, menjadi awal bagi penonton untuk memahami ucapan Sladek. Ia di situ berperan sebagai seseorang yang memelihara bunga matahari, sejak dari biji hingga besar dan mati. Kadang, ia berganti peran sebagai si bunga matahari itu sendiri. Si penanam begitu riang ketika tahu bunganya tumbuh sempurna. Si bunga begitu penuh syukur bahwa ia dipelihara dengan kesungguhan. Hingga tiba satu saat ketika ada pesawat melintas dan, agaknya, menjatuhkan bom. Sebuah hubungan pun lantas koyak: suatu hubungan personal yang dibangun dengan keras runtuh begitu rupa sebentar saja.

Dari situasi lirih tersebut, penonton lalu diajak melompat ke suasana pesta yang gegap-gempita. Dalam "Party," Sladek, yang juga pelukis itu, memainkan beberapa karakter dengan sangat luwes dan meyakinkan. Tokoh utama dalam lakon tersebut diceritakan berangkat ke sebuah pesta sendirian, dengan memakai tuxedo dan sarung tangan. Ia tak begitu menikmati keriuhan pesta karena belum menemukan pasangan. Sampai akhirnya ada seorang perempuan yang mengajaknya berdansa.

Bayangkanlah Charlie Chaplin, yang konyol dan begajulan itu. Segala polah yang ditampilkan Sladek dalam "Party" nyaris serupa Chaplin. Gesturnya, gayanya membuka pintu ketika memasuki ruangan, tingkahnya ketika menciumi tangan para gadis. Patutlah pula kita bersorak pesta tersebut berujung chaos.

Lalu, kita diajak memasuki kemegahan lain lagi ketika Sladek menampilkan "Balet Kesukaanku." Dalam lakon itu, ia bersalin peran sebagai pemetik harpa, penggesek biola, pengaba orkestra, manajer panggung, dan pebalet. Penonton bisa menyaksikan betapa bentangan karakter yang ditampilkan sangat luas, dan penuh energi.

Terlepas dari beberapa lakon lain yang pekat humor malam itu seperti "Cho-cho san" dan "Samson und Delila," Sladek memunculkan "Ikarus," yang mengarah ke humor hitam.

MK Gelar Sidang Sengketa Pileg 2024 Pekan Depan, Total Ada 297 Perkara

Ikarus merupakan tokoh mitologi Yunani yang terkenal atas usahanya kabur dari Crete, pulau besar yang dikuasai oleh Raja Minos, yang kerap menjadikan lajang dan perawan Athena sebagai persembahan untuk Minotaur, monster Labirin. Ayah Ikarus, Dedalus, adalah perajin kenamaan yang ingin membantu Ikarus melarikan diri dengan membuatkan sayap palsu dari lilin dan bulu baginya dan anaknya. Ia berpesan pada Ikarus: jangan terbang terlalu tinggi dan mendekati matahari. Ikarus melanggar itu. Lilin meleleh. Lalu ia jatuh dan mati di lautan.

Sladek memparodikan kisah itu. Ikarus mendapatkan bulu-bulu dari burung-burung yang ia jebak dengan makanan. Bulu-bulu itu lalu ia tempelkan di lengannya. Ia lalu terbang tinggi, mendekati matahari, dan jatuh ke tengah segara.

Dalam lakon Sladek, kita tak melihat sang ayah. Ikarus pergi dan mati dengan tangannya sendiri: tak ada larangan yang ia langgar, tak ada hubungan yang ia tenggang. Ia nekat menuju matahari, sang tertinggi, meskipun tahu ia akan gagal. Ia mencerminkan sebagian manusia kini: mengubah diri menjadi 'tuhan,' si kuasa, dan tak kesampaian.

Penonton yang menyesaki gedung pertunjukan di Goethe Institut tahu kata-kata sungguh tak berarti, malam itu. Milan Sladek, juru pantomim kelahiran Slowakia 1938, telah menggugah cara pandang mereka tentang gestur manusia.

BRI Targetkan Pengguna BRImo Tembus 36 Juta di Akhir 2024

Ia menunjukkan bahwa gestur, berbeda dari kata-kata, tidaklah manipulatif. Bahasa tubuh adalah isyarat kejujuran. Dan Sladek, yang menggelar pertunjukan demi merayakan ulang tahunnya yang ke-70 pada 23 Februari, mengajarkan kejujuran kepada kita dengan tubuhnya, dengan mimiknya.

Wapres ke-10 dan 12 sekaligus politikus senior Partai Golkar, Jusuf Kalla di Perpusnas, Jakarta Pusat, Senin, 4 Maret 2024

Gibran Masih Jabat Wali Kota Solo Usai jadi Wapres Terpilih, JK: Tidak Apa-apa

KPU menetapkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024