VIVAnews – Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengatakan partainya tidak membedakan golongan Islam dengan nasionalis. “PKS memang asasnya Islam, tapi Indonesia bukan negara agama,” kata Hidayat usai salat Jumat di komplek gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jumat 5 Desember 2008.
Menurut Hidayat, salah satu bukti partainya tidak membedakan dua golongan itu adalah perolehan suara pada Pemilihan Umum 2004. Saat itu, suara dari kalangan nonmuslim yang masuk ke partai itu 2,5 persen dari total perolehan suara PKS.
Bukti lain PKS tidak membedakan Islam dan nasionalis, kata Hidayat, koalisi yang dibangun selama ini terdiri dari lintas kelompok. “Jadi, PKS sudah biasa menerobos batas-batas ideologis. Karena dari awal Islam memang tidak membuat sekat-sekat yang kaku,” katanya.
Pengamat politik Lili Romli mengatakan basis massa di Indonesia ada dua, Islam dan nasionalis. Selama ini, massa Islam banyak yang masuk ke partai berasas nasional. “Tampaknya PKS mencoba menarik basis nasionalis itu,” katanya.
Salah satu cara yang ditempuh PKS adalah menggarap sejumlah kegiatan yang melibatkan tokoh dari kelompok lain. “Seperti menampilkan Pak Harto sebagai pahlawan dan memberi penghargaan ke Mbak Tutut (putri Soeharto),” katanya.
Menurut Lili, strategi itu bukan cara elegan untuk menarik kaum nasionalis masuk ke PKS. “Belum tentu juga golongan nasionalis setuju dengan cara PKS.”