Di Balik Kerusuhan Yunani

Gregory, Kematiannya Berbuah Tragedi

VIVAnews – Berada di tempat yang salah dan waktu yang salah. Ungkapan ini rasanya tepat untuk menggambarkan nasib Alexandros Grigoropoulos. Remaja berusia 15 tahun tersebut mengakhiri hidupnya di jalanan Exarchia - suatu kawasan di Athena, Yunani - akibat tertembus peluru polisi, Sabtu 6 Desember 2008.

Jumlah Korban Tewas atas Aksis Terorisme ISIS-K di Moskow Capai 140 Jiwa

Namun, kematian Grigoropoulos menimbulkan efek yang dahsyat.  Athena dan kota-kota besar di Yunani selama berhari-hari dilanda amuk massa bercampur kerusuhan. Menurut stasiun televisi BBC, sebelum tragedi yang menimpa Grigoropoulos, Yunani belum pernah dilanda kerusuhan besar sejak November 1973, saat tank-tank milik junta militer memberangus gerakan mahasiswa.

Selain itu, kaum muda di Yunani kini lebih dilihat sebagai gerombolan perusuh dan penjarah ratusan toko  ketimbang sebagai pewaris bangsa yang menjadi pelopor peradaban modern. Mereka beralasan, itu adalah pelampiasan kemarahan kepada pihak keamanan dan pemerintah yang telah berbuat semena-mena kepada generasi muda seperti Grigoropoulos.

Ini Sejumlah Potensi Kerawanan Saat Masa Mudik Lebaran yang Dipantau Polri

Bagi teman-temannya, Alexandros Grigoropoulos atau yang biasa disapa Gregory, adalah anak yang pendiam, dan rajin belajar. Gregory lebih suka menghabiskan waktunya dengan membaca. Gregory juga dikenal sebagai anak yang sopan dan tak suka berbuat onar. Selera musiknya beragam dari punk hingga hip hop dengan olahraga favorit, skateboard. Benar-benar tipikal remaja abad 21.

“Dia anak yang baik, “ kata Josef Gavlinsky, petugas kebersihan di apartemen dimana Gregory tinggal di daerah pinggiran kota Athena Palio Faliro. “ Dia selalu menyapa saya dan selalu sangat sopan, tak pernah membuat masalah,” kata Gavlinsky, kepada koran Ethnos.
Gregory berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ibunya pemilik toko perhiasan dan ayahnya seorang manajer bank. Gregory bersekolah di sekolah swasta di pinggiran utara kota Athena.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Gregory ditembak setelah perselisihan dengan polisi di daerah yang bergejolak,  Exarchia. Daerah yang terkenal keras dan rawan. Exarchia menakutkan untuk anak muda kelas menengah. Tapi teman-teman Gregory mengatakan dia berada disana untuk menghadiri pesta.

“Dia ada di tempat yang salah dan waktu yang salah,” kata teman sekelasnya kepada Harian Ta Nea Daily. Teman lainnya mengatakan kepada Harian Eleftheros Typos, bahwa Gregory adalah pahlawan tak sengaja.

Polisi mengatakan patroli mobil dengan dua petugas telah diserang dengan proyektil oleh sekitar 30 orang. Ketika kedua petugas keluar dari mobil mereka untuk menangkap para penyerang, mereka malah diserang lagi.

Satu petugas menembakkan peledak dan petugas satunya menggunakan senapan, menembakkan tiga kali tembakan peringatan, dan melukai hingga tewas Gregory. Saksi mengatakan petugas itu memang mengarahkan sasaran pada Gregory.

Polisi itu sudah didakwa dengan tuduhan pembunuhan. Bagaimana kejadian Sabtu malam itu tak ada yang tahu persis. Meski satu hal cukup jelas, potret anak muda dengan rambut ikal hitam dan berwajah muram menjadi simbol penolakan publik pada banyak hal di Yunani.

Kematian Gregory, telah mendorong ribuan orang turun ke jalan berdemonstrasi yang berujung pada kerusuhan selama berhari-hari, yang disebut-sebut sebagai yang terburuk dalam dekade terakhir ini di Yunani.

Pemakamanannya, Selasa 9 Desember 2008, dihadiri oleh sekitar 6000 pelayat, dengan ungkapan simpati yang terus menerus. Karangan bunga diletakkan dan lillin dinyalakan oleh teman-temannya di jalanan tempat Gregory tewas tertembak.

Bukan hanya di jalan tempat tewas dan pemakaman. Simpati untuk Gregory juga mengalir di dunia maya. Sebanyak 85.000 anggota situs jejaring sosial Facebook yang bergabung dalam satu akun yang didedikasikan untuk mengenang Gregory.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya