Memupuk Toleransi, Menghilangkan Diskriminasi

VIVAnews - Masalah ucapan Selamat Natal kepada umat Kristen memang selalu jadi perdebatan yang tidak ada gunanya.Bagi saya sendiri juga sulit karena setiap tahun harus berdebat dengan isteri sendiri,yang kebetulan pemeluk agama yang sama tapi berbeda kadar pemahamannya.

Ian Wright Sebut 2 Pemain Ini Dibutuhkan Arsenal untuk Taklukkan Bayern Munich, Siapa Mereka?

Saya berusaha dengan menunjukkan contoh-contoh dan membacakan berita bagaimana Yasser Arafat hadir dan ikut merayakan Natal. Saya tunjukkan foto saat Paus berdoa di Masjid Biru di Ankara.

Memang ada ayat : lakum diinukum waliya diin, yang terjemahannya : agamamu agamamu, agamaku agamaku (begitulah kurang lebih). Kepada isteri saya lebih spesifik," Islammu Islammu, Islamku Islamku."

Saya setiap tahun selalu menyampaikan Selamat Natal pada tetangga kiri-kanan (kebetulan mereka merayakannya).Dan alhamdulillah hasilnya saya petik tahun ini, istri saya mau mengucapkan Selamat natal pada tetangga yang Katholik. Dan lebih hebat lagi, "Pa,masa cuma bilang Selamat Natal? Boleh nggak saya beli kue untuk mereka?". "Boleh buaaaaaanget!", jawab saya bahagia.
   
Pergilah istri saya membeli kue dan diantar kerumah tetangga. Selain masalah Natal, dengan isteri ini saya juga harus sabar dan memberi contoh agar dia bisa memahami bahwa kita tidak boleh bersikap rasis,diskriminatif terhadap sesama warga negara yang kebetulan keturunan Tionghoa.

Saat terjadi kerusuhan Mei 1998 isteri memasang sajadah dipagar rumah dan menempelkan tulisan." Ini rumah pribumi!"

Saya bisa memahami,sebagai seorang wanita,ibu dengan dua anak,tentu ada kekhawatiran.
   
Saya bilang pada isteri, kalau kamu pasang tulisan "Ini rumah pribumi" maka berarti, kalau mau bakar,rumah sebelah saja, kebetulan kiri kanan Tionghoa.
   
Saya suruh cabut tulisan dan singkirkan sajadah dari pagar. Saya hidupkan mobil dan saya bawa isteri beserta dua anak keliling Jakarta. Saya beruntung ada tank marinir patroli dan saya mengekor dibelakang tank tersebut.
   
Kami melihat toko-toko terbakar, barang-barang berserakan di jalan. Di Mangga Dua isi toko berserakan di jalur hijau yang memisahkan jalan, nyala api membakar toko.

Saya bilang pada isteri dan anak-anak," Kalian saksikan semua ini dan ingat,  tidak boleh terulang! Tidak boleh!"

Kami berkeliling di Jakarta yang sepi dan api masih menyala di beberapa tempat .Sangat menyedihkan bahwa di Republik tercinta masih bisa terjadi hal seperti ini!

Balon Udara Muncul di Ketinggian 9.000 Feet, AirNav Semarang Minta Pilot Waspada

Ayah saya adalah pejuang tanpa pamrih,membela republik dengan nyawa dan menolak segala penghargaan, baca Gerbong Maut.

Kami membantu kedua tetangga yang tidak berani keluar rumah, dan saya suruh isteri mencatat keperluan mereka, kami yang pergi belanja untuk mereka.
   
Beberapa bulan kemudian, saat kami tidak punya pembantu,saya titipkan anak kedua yang masih SD dirumah mereka dengan pesan, tolong kasih makan, tapi jangan babi ya!

Dirumah maupun dimana saja saya biasakan menyebut Tionghoa dan bukan Cina,kecuali mereka-mereka yang jahat dan penipu saya sebut , dasar Cina lu!
   
Dari kecil kami dibiasakan oleh ayah untuk berbaur dengan mereka tanpa membedakan asal-usul. Kami juga banyak berhutang budi pada mereka. Dalam hubungan pribadi keluarga kami banyak dibantu orang-orang Tionghoa.

Jangan kita bersikap diskriminatif dan aneh kalau oknum-oknum petugas pemerintah masih menganggap mereka alien! Padahal Cheng Ho mendarat di Jawa Tengah dan meninggalkan wakilnya yang sakit beserta anak buahnya disekitar Mangkang (Semarang) ratusan tahun yang lalu.Dan mereka beranak pinak setelah menikah dengan penduduk pribumi!
   
   
 
 

Toyota Prius 2024

Toyota Tarik Ratusan Ribu Unit Mobil Prius Hybrid di AS

Pabrikan otomotif asal Jepang, Toyota mengumumkan untuk melakukan penarikan kembali atau recall Prius terbaru.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024