VIVAnews - Pada 1 Januari 1959, pasukan pemberontak komunis di bawah pimpinan Fidel Castro berhasil menguasai Kuba. Fulgencio Batista, presiden Kuba yang pro Amerika, melarikan diri ke luar negeri.
Sejak tahun 1958, dukungan rakyat Kuba terhadap pasukan pemberontak pimpinan Castro terus menguat. Kebijakan tangan besi rezim Batista semakin menguatkan tekad rakyat untuk menjatuhkan pemerintah.
Sebelum meninggalkan Kuba, Presiden Batista menyerahkan kekuasaannya kepada sebuah junta militer yang kemudian menyerukan gencatan senjata. Namun ajakan tersebut ditolak Castro yang menyebabkan kekacauan merajalela di seluruh Kuba.
Setelah sempat melarikan diri ke Republik Dominika, mantan presiden Batista akhirnya menetap di Spanyol dan Portugal. Mantan kepala polisinya, Esteban Ventura, mendapat visa permanen untuk tinggal di Amerika Serikat pada tahun 1979.
Pada tanggal 2 Januari 1959, Castro mengambil alih pemerintahan Kuba. Tujuh bulan kemudian, ia diangkat menjadi presiden. Tindakan pertamanya adalah menasionalisasi perusahaan dan perkebunan gula milik AS di Kuba.
Sejak saat itu hubungan Kuba dan AS terus memanas yang memuncak pada krisis rudal Kuba pada tahun 1962.