Hari Natal di Wisma Duta, KBRI Havana

VIVAnews - Hari Kamis tanggal 25 Desember jam 10 pagi kami masyarakat Indonesia di Havana sudah berkumpul di Wisma Duta bersama semua anggota staf KBRI di Havana beserta keluarganya.

Total jendral warga Indonesia di Havana termasuk anak-anak tidak lebih dari 45 orang, oleh karena itu satu sama lain saling mengenal dan akrab.Kemarin sore saya baru saja kembali dari Jakarta, oleh karena itu pertemuan Natalan ini merupakan hari yang mengesankan.
 
Sebelum memasuki cerita yang sebenarnya saya ingin mengingatkan para filosof dalam menanggapi teorinya mengenai manusia, yang mengatakan “bahwa manusia tidak mengetahui banyak tentang perjalanan hidupnya sendiri” dan mereka hanya mengetahui dengan pasti “bahwa kelak kita akan mati”.

Maka itu bagi filosof lain yang menganggap “kematian” sebagai guru simbolisnya, memberikan rumusan bahwa “supaya mati dengan indah harus berusaha hidup secara indah pula”. Kita menginterpretasi hidup indah itu dengan hidup yang penuh cinta kasih pada sesamanya dan saling bersolidaritas dengan hati yang iklas. Dengan demikian kita akan meninggalkan ajaran dan praktek mengenai hidup damai bagi generasi baru.

Atas dasar kata pengantar itu saya melihat dan merasakan bahwa hari Natal di Wisma Duta Havana ini disemangati oleh rasa saling bersolidaritas, tanpa kepentingan apapun atau secara ikhlas, yang merupakan suatu contoh dari hidup yang indah.
   
Mari kita perhatikan hal-hal sebagai berikut dari acara Natal ini. Pertama, bila anda masuk koridor ke ruang tamu pertama akan berpapasan dengan pohon cemara Natal besar dengan hiasan yang indah dan disekelilingnya penuh bingkisan hadiah, yang kemudian dibagikan pada anak anak setelah Natalan selesai).

Di samping pohon Natal itu terpancang pohon natal yang lain  yang  dikirim oleh Raul Castro Ruz, Presiden Kuba, dan dibawah pohon itu diselipkan keranjang besar yang berisi secara simbolis makanan yang diproduksi oleh Kuba.

Kemudian bila anda jalan  melewati ruang makan, diatas meja yang besar terlihat, diantara masakan masakan khas Indonesia lainnya, ayam kalkun panggang besar yang anda tak akan percaya, bahwa kalkun itu adalah kiriman hadiah dari Fidel Castro Ruz, pemimpin kharismatik rakyat Kuba sampai sekarang.

Jadi hari Natal ini diwarnai oleh suasana persahabatan yang indah antara pemerintah dan rakyat Kuba dengan pemerintah dan rakyat Indonesia.

Kedua, dalam pesta Natalan ini hadir pula Duta besar Malaysia, Bapak Yan dan beberapa stafnya, yang merupakan simbol persahabatan antara rakyat Indonesia dan rakyat Malaysia. Baik Pak Dubes RI yang beragama Kristen, maupun pak Dubes Malaysia  dalam sambutannya, sebelum memotong kalkun, mengatakan “Dimana ada Indonesia disitu ada Malaysia dan dimana ada Malaysia disitu ada Indonesia. Kita adalah  negeri-negeri yang berasal dari satu  rumpun yang sama”.

Ketiga, walaupun sebagian besar para hadirin beragama Islam, tapi tak ada perasaan adanya perbedaan agama atau kepercayaan. Kita bersatu padu merayakan hari Natal yang suci dengan perasaan syukur dan ikhlas. Sungguh suasana sangat indah bahwa pada hari Natal ini bisa bertemu dan saling menghormati manusia-manusia yang beragama Kristen, Islam atau kepercayaan lainnya.

Sehari suntuk kita berpesta di Wisma Duta dan berkat kerja keras dari ibu- ibu dalam memasak berbagai jenis masakan khas Indonesia. Semua hadirin puas menyantap hidangan, ditambah lagi dengan  potongan daging kalkun yang sangat berhasil dalam meramu bumbu bumbunya dan teknik memanggangnya hingga rasanya sangat guríh dan empuk.

Dalam suasana pesta Natal ini orang saling mengenal satu sama lain,  saling berdiskusi atau bertukar pikiran atau paling tidak duduk bersama mendengarkan percakapan serius atau suatu anekdot dan pengalaman yang lucu. Anak-anak pun asyik bermain bersama hingga tak mau diajak pulang oleh orang tuanya.

Sebagai akhir cerita hari Natal ini kita mengajak secara simbolis pada semua umat,  baik yang beragama Kristen maupun Islam atau kepercayaan yang lain, untuk memilih satu kesepakatan, sebagaimana suatu pesan dari seorang pendeta bahwa “Kita lebih baik menyalakan satu lilin daripada kita hanya mengutuki kegelapan disekeliling kita”. (Widodo Suwardjo, Havana, 25 Desember 2008)

Media Asing Soroti Suporter Indonesia di Qatar, Sebut Jadi 'Mini Jakarta'
Ilustrasi harga tiket pesawat pendorong inflasi.

DPR Tolak Iuran Pariwisata Dibebankan ke Industri Penerbangan, Tiket Pesawat Bisa Makin Mahal

Anggota Komisi VI DPR RI yang juga Wakil Ketua Umum Indonesia Congress and Convention Association (INCCA) Evita Nursanty menolak rencana pemungutan iuran dana pariwisata.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024