Stimulus Sulit Turunkan Harga Elektronik

VIVAnews - Pengusaha elektronik menilai, stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah baru-baru ini tidak banyak membantu menurunkan harga jual. 

"Memang, dengan stimulus membuat harga jual turun, tapi karena nilai tukar rupiah terus terpuruk, kenaikan harga tidak bisa dicegah," kata Presiden Direktur PT Sanyo Sales Indonesia Toshihide Miyamoto usai meluncurkan empat produk baru Sanyo di Hotel Nikko Jakarta, Rabu 14 Januari 2009.

Menurut dia, stimulus fiskal hanya mampu mengerem kenaikan harga jual agar tidak melonjak lagi. 

Senior Manager Home Appliance Department Sanyo Sales Indonesia Jefrey Maeda mengatakan, produk-produk Sanyo sudah mengalami kenaikan sejak Oktober tahun lalu. "Sekarang harga jual rata-rata naik 10 -15 persen," katanya. Namun, kenaikan tersebut berdasarkan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp 10 ribu - Rp 11 ribu per dolar AS.

"Jika harga dolar menyentuh angka Rp 12 ribu, maka kenaikan harga akan sama dengan produk otomotif, yakni 30 persen," kata Jefrey. 

Pembebasan bea masuk komponen elektronik sebesar 5 persen disangsikan efektif oleh produsen asal Jepang ini. "Sampai sekarang belum ada kepastian stimulus tersebut," kata Jefrey. 

Dia mengatakan, komponen elektronik merupakan industri yang sulit mendapat stimulus. "Yang paling mungkin hanya bahan baku baja yang digunakan untuk badan kendaraan," katanya. Itu pun hanya memberikan kontribusi penurunan harga sekitar 2 - 3 persen.

Sanyo optimistis harga produknya tidak akan mengalami kenaikan, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa dijaga stabil di bawah angka Rp 10 ribu. 

Beberapa waktu lalu, pemerintah memberi stimulus kepada industri elektronik dengan menanggung bea masuk ditanggung negara pada komponen elektronik. Sekadar diketahui, Indonesia masih mengimpor sebagian besar komponen elektronik.

Sanyo misalnya, beberapa produk elektronik rumah tangga miliknya masih cukup tinggi kandungan impornya. "Misalnya komponen pendingin udara harus sepenuhnya impor," kata dia. Sedangkan lemari es kandungan impornya 70 persen dan televisi 20 persen. Karena industri penyuplai komponen belum ada di Indonesia.

Kubu Ganjar-Mahfud Ingin Suara Prabowo-Gibran Nol, Begini Kata KPU
Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono

Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengaku belum kepikiran untuk maju dalam Pilkada 2024, dia justru menilai Kasatpol PP DKI Arifin berpotensi maju di Pilkada DKI.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024