Marco Di Vaio

Kembalinya Sang Veteran

VIVAnews - Menyusup, mengendap-endap dan mencetak gol masih jadi pekerjaan Marco di Vaio. Kemampuannya itu tak pernah lekang, menutupi usia dan label veteran yang disandangnya.

Marco di Vaio hanya tercenung melihat skor akhir pertandingan Bologna vs AC Milan, Minggu 25 Januari 2009 kemarin. Rossoblu kalah telak 1-4 dari Rossoneri di Renato Dall'Ara. Empat gol tim tamu diceploskan Clarence Seedorf (13), Kaka (17, 43) dan David Beckham (59).

Itu menjadikan gol satu-satunya Di Vaio pada menit 9, terasa sia-sia. Namun, buat striker kelahiran 15 Juli 1976 itu, hasil yang terjadi di giornata 20 itu bukanlah cerminan nasib Bologna di akhir musim.

"Saya ingin tinggal di Bologna sepanjang musim sepanjang tahun ke depan," ujar Di Vaio seperti dilansir Goal, Senin 26 Januari 2009.

"Setelah bermain di seluruh Eropa, saya sungguh berharap mampu menolong Bologna dari degradasi," tambah pria 32 tahun.

Di Vaio merupakan satu dari sedikit striker veteran yang masih produktif di Serie A Liga Italia. Dengan usia yang sudah tidak muda lagi untuk pesepakbola, pria bertinggi 178 cm itu mampu menceploskan 15 gol.

Unggul dua gol dari striker Genoa, Diego Milito, membuat Di Vaio berhak atas titel top skorer sementara Serie A.

Di Vaio memulai karir sepakbolanya bersama Lazio (1994-95). Hanya bermain di delapan pertandingan, membuatnya hengkang ke Hellas Verona (1996) dan Bari (1996-97).

Namun, kesuksesan sesungguhnya datang kala pria plontos itu membela Salernitana (1997-99). Musim 1997-98, ia membantu Salernitana promosi ke Serie A sekaligus menjadi top skorer Serie B.

Meski di musim berikutnya Salernitana kembali terdegradasi, Di Vaio tetap tinggal di Serie A bersama Parma. Gialloblu mempunyai peran penting sebagai titian menuju puncak karirnya.

Pasalnya, torehan gol Di Vaio di musim ketiganya bersama Parma, cukup membuat Juventus kepincut. Maka jadilah di musim panas 2002, Di Vaio pindah ke Turin, markas Si Nyonya Besar.

Sayangnya, Di Vaio tak pandai bersaing dengan para striker kelas dunia di Juve. Ia gagal menunjukkan performa terbaik dan terpental ke Spanyol bersama Valencia. Tapi, lagi-lagi masalah persaingan menjegalnya. Kali ini kompetitor datang dari Patrick Kluivert dan David Villa.

Sejak 2006, Di Vaio berpindah ke tiga klub berbeda dengan Bologna sebagai persinggahan akhir. Banyak yang kaget dengan keputusannya bergabung dengan klub yang baru saja promosi dari Serie B itu. Tapi ingat, pria kelahiran Roma itu punya catatan manis mengangkat klub gurem ke level tertinggi sepakbola Italia.

Bagaimana nasib si klub di Serie A nantinya, itu cerita lain lagi. Tapi, bersama si tua-tua keladi ini, Bologna bisa berbesar hati mempunyai striker kelas dunia kaya pengalaman di liga besar Eropa.

Gabung Prabowo-Gibran Sebagai Pilihan Baik, Surya Paloh: Ini Pilihan Saya, Pilihan Nasdem
Xiaomi, Redmi Pad Pro 2024

Xiaomi Redmi Pad Pro Dirilis Global, Intip Spesifikasi dan Harganya

Redmi Pad Pro menawarkan layar besar 12,1 inci dengan refresh rate 120Hz, performa tangguh dari Snapdragon 7s Gen 2, dan baterai 10.000 mAh yang tahan lama hingga berjam.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024