Sedikit Pemain, Pasar Telepon Genggam Besar

VIVAnews - Departemen Perindustrian menyatakan, dalam waktu dekat setidaknya ada tiga pabrik telepon genggam yang akan dibangun di Indonesia.

"Impor diperketat, produsen lebih memilih memproduksi di Indonesia," kata kata Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Budi Darmadi kepada VIVAnews di Jakarta, akhir pekan lalu. " Produksi dalam negeri lebih murah."

Pasar telepon genggam yang besar di Indonesia, menurut Budi, menjadi salah satu alasan investor tertarik tanamkan modal. Permintaan telepon genggam dalam negeri dalam setahun bisa mencapai 15 juta unit, bahkan untuk tahun ini bisa lebih.

Pasar domestik sebesar 15 juta unit per tahun, menurut Budi, merupakan angka yang tergolong besar. "Bukan jumlah yang kecil dibandingkan negara lain," ujarnya.

Bahkan, di antara negara ASEAN, pasar Indonesia tercatat paling besar. "Tidak banyak negara di dunia yang bisa mencapai angka itu," kata dia. 

Namun, besarnya permintaan tidak dibarengi dengan jumlah produsen industri telepon genggam. "Baru tiga atau empat," kata Budi. Pemerintah menilai masih ada peluang untuk pasar menengah dan menengah ke atas.

"Beberapa produsen yang berminat membangun pabrik di Indonesia menilai penghasilan masyarakat tetap naik," kata Budi. Sehingga, dengan kondisi daya beli masyarakat tersebut telepon genggam menjadi bagian dari gaya hidup. "Jika biasanya empat atau lima bulan ganti handphone, sekarang bisa jadi cuma tiga bulan," ujarnya.

Pemerintah menyarankan calon produsen setidaknya bisa mengawali dengan industri assembling genggam. Usulan pemerintah, produsen bisa menggunakan komponen yang sudah bisa produksi di Indonesia, seperti layar cair kristal (LCD), tuts keyboard, baterai, atau aksesoris. Meski, integrated circuit (IC) harus diimpor dari China, Taiwan, dan Hong Kong karena belum bisa diproduksi sendiri.

"Calon investor rata-rata sudah siap untuk proses pemasangan, setidaknya 60 persen jika memang belum bisa dengan kombinasi penuh," kata Budi. 

Investasi tersebut juga didorong oleh proyeksi industri telekomunikasi dalam negeri. "Masih banyak harapan untuk sektor telekomunikasi," ujar Budi. Pemerintah memperkirakan masih ada pertumbuhan sekitar 8 persen meski ada krisis global.

Whoosh Train Passengers Increase on Eid al-Fitr Day Two
Ganjar Pranowo, Jokowi dan Megawati Soekarnoputri

Soal Pertemuan Jokowi-Megawati, Istana: Presiden Terbuka untuk Bersilaturami

Meski Pemilu 2024 usai, hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri diduga masih merenggang dan belum ada tanda membaik.

img_title
VIVA.co.id
12 April 2024