VIVAnews -- Harga minyak mentah di pasar internasional pada Kamis ini jatuh di bawah US$ 73 per barel akibat kekhawatiran akan terjadinya resesi ekonomi dunia.
Kecemasan itu mencuat seiring laporan penjualan retail Amerika yang meluncur tajam pada September 2008 sebesar 1,2 persen, hampir dua kali lipat dari angka yang diharapkan analis yaitu 0,7 persen.
Laporan pemerintah AS yang menunjukkan bahwa konsumen enggan untuk berbelanja di tengah goncangan ekonomi dan merusak bursa saham. Index Dow Jones ditutup melemah 733,08 poin atau 7,87 persen di posisi 8.577,91. Indeks Nikkei juga jatuh di bawah 10 persen di awal perdagangan hari ini, bursa Singapura turun hampir 6 persen.
Minyak mentah AS untuk pemesanan November turun US$ 1,56 atau 2 persen menjadi US$ 72,98 per barel. Harga minyak jenis London Brent turun US$ 1,3 menjadi US$69,5 per barel.
Dengan kejatuhan tersebut, harga minyak sudah anjlok separoh dibandingkan puncaknya sebesar US$ 147 pada Juli lalu. "Apa saja turun saat ini," ujar Victor Shum, konsultan energi internasional Purvin dan Gertz seperti dikutip AFP di Singapura. Menurut dia, sebagian besar barang komoditas menurun didorong oleh anjloknya bursa saham Wall Street.
Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) pada Rabu kemarin memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak tahun ini dan tahun depan. Tahun ini OPEC memperkirakan permintaan minyak akan tumbuh 550 barel per hari dibandingkan rata-rata 86,5 juta per hari. Melambatnya ekonomi AS menjadi penyebab utama turunnya permintaan minyak tahun ini.
AFP, Bloomberg, AP