Data BPS Telat, Penyaluran Raskin Terhambat

VIVAnews - Terhambatnya penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) sejak awal tahun ini disinyalir karena terlambatnya Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data rumah tangga sasaran (RTS).

"Walaupun kita mengalami keterlambatan penyaluran karena menunggu selesainya verifikasi data RTS, saya minta Perum Bulog dan pemerintah daerah mengatur jadwal penyaluran ini," kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie saat Raskin Award 2008 di kantor Bulog Gatot Subroto Jakarta, Jumat, 27 Februari 2009.

Keterlambatan penyaluran raskin juga diakui Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar. "Penyaluran raskin pada bulan Januari dan awal Februari memang sedikit terhambat, selain karena masalah data, juga kondisi cuaca yang tidak mendukung untuk distribusi," ujarnya di saat yang sama.

Banjir dan hujan deras disinyalir menyebabkan pendistribusian raskin ke daerah menjadi tertunda. Akibatnya, kekosongan gudang Bulog sempat terjadi di beberapa daerah.

Mustafa memperkirakan, terjadi kekosongan sebanyak 300 ribu ton per bulan. "Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan harga beras di pasaran naik pada bulan lalu," kata dia.

Kenaikan harga beras berdasarkan pantauan Bulog, sempat menyentuh angka Rp 5 ribu per kilogram. "Tapi di pasar beras induk Cipinang saat ini sudah mulai turun ke Rp 4.900 per kilogram dan diharapkan akan kembali ke harga normal sebesar Rp 4.800," ujarnya.

Namun, Mustafa memperkirakan pada akhir Februari ini penyaluran sudah mulai digenjot Bulog, karena kondisi cuaca sudah mulai membaik. "Untuk beberapa kasus, kami gelontorkan dua bulan sekaligus dengan dua indikator, harga, dan kecukupan muat gudang," tutur dia.

Pertama, Bulog melihat pada kestabilan harga beras di suatu daerah. "Kalau ada daerah yang harganya terus bergejolak naik, maka akan digelontorkan dua bulan sekaligus agar harga kembali stabil," kata Mustafa.

Beberapa daerah, seperti Sulawesi Utara, Sumatra Utara, dan sebagian Jawa, menurut Mustafa mengalami gejolak harga beras. "Penyebabnya selain karena hujan, juga jarena keterlambatan panen," ujarnya.

Sedangkan daerah yang harganya relatif stabil, dia menambahkan, hanya disalurkan satu bulan.

Sedangkan indikator kedua, menurut Mustafa, melihat kecukupan gudang di masing-masing divisi regional (divre). "Kalau gudangnya sudah sempit, saya minta disalurkan sekaligus dua bulan, termasuk daerah yang harganya relatif stabil, seperti Sulawesi Selatan. Sebab, gudangnya sudah penuh maka saya minta keluarkan semua," kata dia.

Selain Sulawesi Selatan, beberapa daerah yang gudangnya mengalami muatan penuh di antaranya, Surabaya (Jawa Timur), Kalimantan Selatan, dan NTB. "Muatannya bisa di atas lima bulan," ujarnya.

Indra Sjafri Ungkap Kabar Baik Usai Timnas Indonesia U-20 Hadapi China
Pencemaran sampah plastik.

Dua Sisi Sampah Plastik, Ramah Kantong tapi Tidak untuk Kesehatan

Sebuah studi melaporkan sampah plastik sekali pakai berupa kemasan sachet dan pouch. Satu sisi dianggap ramah di kantong, tapi sisi lain tidak ramah kesehatan.

img_title
VIVA.co.id
30 Maret 2024