VIVAnews - Bank Indonesia akan menggunakan semua cara untuk mengamankan ekonomi nasional. BI akan mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia sembari berkoordinasi dengan pemerintah untuk mengamankan stabilitas ekonomi jangka panjang.
"Ini untuk mencermati perkembangan dan prospek perekonomian global, regional dan domestik," ujar Direktorat perencanaan strategis dan humas Diah N.K. Makhijani dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis, 6 November 2008.
Saat ini, kondisi ekonomi tengah dihadapkan pada situasi krisis keuangan dan ancaman resesi ekonomi global. Indonesia juga menghadapi situasi tak menentu tersebut yang terlihat dari anjloknya harga saham dan gejolak kurs rupiah.
Menurut Diah, sejauh ini kinerja sektor perbankan masih tetap baik. Indikator utama seperti rasio cukupnya modal (CAR), non performing loan (NPL) dan posisi devisa netto (PDN) perbankan menunjukkan ketahanan dalam menghadapi gejolak pasar.
Dia mengakui pertumbuhan kredit mulai menurun dan risiko kredit terjaga. Likuduitas bank yang mulai longgar juga memberi keleluasaan perbankan dalam menjalankan usahanya. "Namun, ke depan tetap perlu diwaspadai."
Bank Indonesia hari ini memutuskan tetap mempertahankan BI rate di level 9,5 persen. Keputusan tersebut diambil dalam rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar Kamis 6 November 2008. Demikian disampaikan Gubernur BI Boediono di Gedung Depkeu, Jakarta. "Tetap, alasannya lihat rilis," kata Boediono.