Catatan dari Pesta Blogger 2008

Musik dan 1000 Buku untuk Tuna Netra

VIVAnews - Musik mempersatukan kita. Itulah yang terjadi  disela acara Pesta Blogger 2008, yang digelar di Gedung BPPT Sabtu 22 November 2008 lalu. Riuh, ceria, diselingi jepretan kamera berbagai jenis layaknya konferensi pers para artis. Bukan dari media yang memang hadir untuk melakukan liputan karena tugas. Tapi oleh para blogger itu sendiri. Inilah yang membuat saya tertarik menuliskan cerita ini. Karena kalau tentang Pesta Bloggernya, pasti sudah banyak yang akan menulis di blog masing-masing ?.

Suami Sandra Dewi Tersandung Korupsi Timah, Aiman Senang Kasusnya Disetop 

Itulah yang saya rasakan ketika perhelatan akbar para blogger memasuki jam makan siang. Tidak terasa lagi koloni-koloni kecil blogger yang mengelompokkan diri karena datang dari tempat yang sama, kesukaan yang sama, blogger artis, blogger asing, anggota komunitas di milis tertentu, atau blogger yang datang sendiri dan tetap merasa asing karena tidak ada yang dikenal.

Semua ikut bernyanyi, bergoyang, atau sekedar bergumam malu-malu. Tanpa sadar semua merapat, menikmati keceriaan yang sama. Kantin BPPT tempat para blogger yang menghadiri perhelatan besar itu menikmati makan siang mereka berubah layaknya cafe.

Prediksi Serie A: Lazio vs Juventus

Ada magnet yang membuat para blogger tersebut betah berlama-lama di kantin yang panas dan penuh asap rokok itu. Dan magnet itu adalah Endah dan Resha. Satu lagi yang tidak kalah luar biasanya adalah Mas Yusak, seorang keyboardist tuna netra.

Kok bisa ?Apa yang  begitu menarik dari mereka ?Buat sebagian orang mungkin mereka sama seperti para pengisi acara yang manggung dari cafe ke cafe. Dan mereka memang menghabiskan banyak waktu disana. Mungkin. Karena saya sendiri juga baru kenal mereka beberapa bulan yang lalu, ketika seorang teman mengajak saya nongkrong di salah satu cafe di Kemang dan melihat mereka manggung.

5 Bintang Arsenal Terancam Absen Lawan Man City! Perebutan Puncak Klasemen Makin Panas

Sejak itu, saya jatuh cinta dengan cara mereka bermusik. Tidak cuma mereka sebenarnya. Juga dengan komunitas yang sangat setia dan hadir disetiap penampilan mereka.

Mereka bermain musik dengan sepenuh hati.Itu alasan saya menyenangi mereka. Ada banyak musisi yang tentu memiliki musikalitas yang jauh lebih hebat. Tapi bukan hanya karena kemampuan mereka bermusik yang membuat mereka spesial buat saya. Tapi karena kepedulian sosial dan ketulusan mereka.

Mereka hadir meramaikan acara Pesta Blogger dengan sebuah misi : Mendukung Program 1000 Buku untuk Tuna Netra yang dikerjakan oleh Yayasan Mitra Netra, sebuah lembaga nirlaba yang mengurusi para tuna netra di Indonesia.

Selain tampil secara live, mereka juga menjual sebuah album musikalitas puisi; Anginpun Berbisik; yang 100 persen penjualan CD tersebut disumbangkan untuk mendukung program tersebut. Album kompilasi yang didukung oleh beberapa musisi indie dan artis ternama seperti Cornelia Agatha dan Maudy Koesnaedi yang membaca puisi sambil diiringi alunan musik.

Terdengan sangat indah, bukan ? Selain melatih notasi musik untuk para tuna netra secara rutin, Endah dan Resha pun aktif dalam mendukung program pencegahan perubahan iklim. Kick Andy pernah mengundang mereka terkait dukungan mereka tersebut.

Penampilan yang mereka hadirkan pada saat makan siang itu benar-benar live performance. Maksudnya, nyaris tanpa persiapan karena persiapan yang direncanakan tidak bisa dijalankan. Dihadapan orang-orang yang tengah sibuk memikirkan perut masing-masing yang sedang lapar, gerombolan para blogger yang tengah sibuk berdiskusi, bertemu kangen, kopi darat dan berbagai alasan lainnya.

Tempat yang panas jelas bukan situasi yang mendukung untuk menarik perhatian mereka. Dan sepertinya mereka tidak banyak yang tahu bahwa akan ada pertunjukkan musik.

Belum lagi berbagai permasalahan teknis yang menghambat ; keterbatasan sound system yang hanya cukup untuk 1 mic dan 1 gitar. Larangan untuk menggunakan gitar  bass karena takut sound akan jebol, colokan listrik yang kurang, tempat yang sangat terbatas di pojokan ruangan.

Waktu yang dibatasi hanya 15 menit termasuk untuk menjelaskan program 1000 buku untuk Tuna Netra dan penjualan CD, dan lain sebagainya. Kita-kita yang ikut membantu agak keder juga, apakah misi mulia mereka bisa terselenggara. Tapi ternyata ketakutan kami tidak terjadi. Mereka terlihat sangat tahu apa yang harus dilakukan.

Mereka membuka gelaran dengan membawakan Give Me One Reason-nya Tracy Chapman. Pembukaan yang hebat. Saya bisa melihat gebrakan awal mereka mampu menarik perhatian sebagian besar penonton yang ada.

Kami pun lalu berkeliling membagikan pamflet tentang Program 1000 Buku Tuna Netra. Sejujurnya saya masih belum berani menawarkan CD Anginpun Berbisik. Masih belum pede, menunggu respon lebih baik dari para penonton.

Berikutnya, semua terasa lebih mudah. Endah, Resha dan Mas Yusak benar-benar  mampu mengalihkan perhatian para blogger yang sedang lapar dan haus bertukar pikiran. With or without you, No Woman No Cry, Love, Every Breath You Take, My Girl, semakin memperpanas suasana.

Solo perform mereka terutama  Mas Yusak sungguh seru. Orang tak akan menyangka bahwa yang memainkan notasi apik itu adalah seorang tuna netra.

Dua blogger asing asal Singapura dan Amerika  yang hadir diperhelatan tersebut, Brown dan  Mike tak urung ikut bernyanyi dan bergoyang. Sedangkan Mark, blogger asal Australia sibuk merekam acara penuh spontanitas tersebut.

Let it Be menutup gelaran mereka. Hampir 100 CD (mungkin lebih) terjual dalam waktu 30 menit itu. Bukan jumlah yang besar mungkin.

Tapi saya percaya bahwa hal itu akan sangat membantu dalam memberi kesempatan bagi para tuna netra mendapatkan hak mereka untuk memperoleh pengetahuan yang seluas-luasnya.

Sedikit kilas balik, saya ingat ketika Endah dan Resha mengenalkan saya dengan para penggerak di Yayasan Mitra Netra. Dan sungguh, pertemuan itu telah membuka “mata” saya. Dengan keterbatasan yang mereka miliki untuk mengakses sumber pengetahuan, pengetahuan mereka tentang berbagai hal sungguh luar biasa.

Apalagi semangat mereka untuk menggali ilmu.
Sementara saya, dan mungkin mayoritas kita yang diberi indera yang lengkap selalu punya banyak alasan untuk tidak membaca dan membaca.

Saya jadi ingat buku yang ditulis oleh Eko Ramaditya, seorang tuna netra  yang berjudul Berdamai dalam Kegelapan. Saya hanya berfikir, sebenarnya siapakah yang berada dalam kegelapan? Siapakah yang harus berdamai dalam kegelapan? Mereka yang buta, atau kita?

Mereka mungkin buta. Tapi mereka mampu melihat lebih dalam. Dengan hati. Jadi kata siapa musisi hanya bisa bermusik?

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya