Rokok, Industri Paling Kebal Krisis

VIVAnews - Krisis global telah membuat beberapa perusahaan terkena imbasnya. Pemutusan hubungan kerja tidak akan bisa terelakkan. Turunnya permintaan pasar, telah membuat industri menurunkan produksi.

Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan mengatakan, hanya beberapa perusahaan yang sedikit bisa bernafas lega, yaitu perusahaan yang berbahan baku lokal dan penjualannya juga lokal. Perusahaan itu, antara lain perusahaan industri minyak sawit goreng. "Saat semua ekpor impor susah, perusahaan yang berorientasi domestik masih bisa bertahan," ujar Anton, akhir pekan lalu.

Industri minyak goreng, kata dia, beruntung karena minyak sawit mentah (CPO), bahan baku minyak goreng diproduksi di dalam negeri.  Harga CPO dunia juga turun drastis.

Selain itu, industri rokok juga sedikit beruntung. Meski masih mengimpor bahan baku produksinya, industri rokok membidik pangsa domestik, sehingga industri ini masih prospektif. Dalam catatan riset Bank Danamon, impor bahan baku rokok tidak lebih dari 10 persen.

Industri semen juga menempati posisi yang sama. Rendahnya bahan baku impor dan orientasi pasar domestik membuat industri ini sedikit lebih kebal dari krisis. Industri otomotif di Indonesia juga masih lebih beruntung, meskipun impor bahan baku mencapai 20 persen.

Sedangkan industri yang bakal terkena dampak krisis global paling besar adalah industri yang bahan baku impornya tinggi dan bidikan pasarnya ekspor. Industri-industri tersebut adalah industri elektronik, industri kaca, industri sepatu,  dan industri garmen.

5 Fakta Menarik Jelang Duel Everton vs Liverpool di Premier League
Pj Gubernur Sumut, Hassanudin.(dok Pemprov Sumut)

Kejuaraan Golf Internasional, Pj Gubernur Sumut Optimis Jadi Ajang Pembinaan Atlet

Kejuaraan North Sumatera Amateur Open (NSAO) 2024, kembali digelar oleh Persatuan Golf Indonesia (PGI) Sumut. Peserta berasal dari Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina,

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024