Irvan Beka

Maklum, Perempuan Cantik dan Timnas

JIKA inner beauty semua manusia sama, siapakah manusia paling beruntung di dunia? Kalau pertanyaan ini ditujukan pada saya, jawabannya mudah saja: perempuan cantik.

Jika ada perempuan cantik hanya memakai kaos oblong datang ke kantor tempatnya bekerja, semua akan maklum. Atasannya yang membuat dress code ngantor, bisa jadi akan bergumam, “Pakai kaos aja sudah kelihatan trendy sekali. Mungkin blazernya masih dia simpan dalam tasnya.”

Kalau ada perempuan cantik lupa membawa kartu diskon bengkel tempat di mana ia biasa mencuci mobilnya, sang petugas bengkel akan bilang,”Saya ingat dengan, mbak. Lain kali jangan lupa dibawa ya.”

Tapi bagaimana jika hal itu terjadi pada seorang perempuan yang wajahnya tidak cantik. Akan sulit ditemui pemakluman-pemakluman seperti di atas. 

Tim nasional sepakbola Indonesia sama sekali tidak masuk kategori cantik Tapi apa yang terjadi benar-benar kontralogika. Kegagalan demi kegagalan datang silih berganti. Namun apa yang terjadi? Para pencinta sepakbola tanah air bisa maklum kalau timnasnya kalah.

Tidak ada lagi kekecewaan yang bisa bikin patah hati. Kalah adalah hal biasa. Banyak orang yang akhirnya sudah puas dengan melihat perjuangan pantang menyerah para pemain di lapangan. Walau, akhirnya kalah.

Kita sudah lupa kalau dalam dunia olahraga, kemenangan adalah panglima. Sejarah tidak akan mencatat seberapa semangat seorang atlet atau sebuah tim bertarung dalam sebuah pertandingan. Tapi, sejarah akan mencatat siapa yang menjadi juara.
 
Namun, wajar memang kalau kita akhirnya maklum. Bayangkan, dalam delapan tahun terakhir, timnas hanya dua kali juara. Dua-duanya bertindak sebagai tuan rumah yang punya hak memilih tim yang diundang.Yang pertama terjadi tahun 2000 di Piala Kemerdekaan. Saat itu Agum Gumelar yang menjabat sebagai ketua umum PSSI.

Delapan tahun kemudian di Piala Kemerdekaan 2008, Indonesia akhirnya jadi juara lagi setelah Libya yang sudah unggul di babak pertama menolak melanjutkan permainan di babak kedua. Alasannya mereka merasa ‘dikerjain’ di lorong menuju ruang ganti. Hasilnya, Indonesia menang WO. Saat itu, Nurdin Halid ketua umumnya.

Nah, sebentar lagi Piala AFF digelar. Pasukan Benny Dollo akan bertarung dengan rival-rival di kawasan Asia Tenggara. Harapan kita tetap sama. Indonesia bisa jadi juara. Kendala pasti akan selalu ada. Tapi, lawan juga pasti punya problem mereka masing-masing. Ingatlah, dukungan moril para penggila bola sudah pasti akan seratus persen.

Jadi, menang dong Indonesia. Jangan terus-terusan jadi sosok ‘biasa’ yang selalu mendapat pemakluman walau tak punya prestasi apa-apa. Jadilah 'perempuan cantik' yang hebat dan selalu dirindu pelosok negeri.

Jadilah pemenang di partai final walau harus main di kandang macan, Thailand, sekali pun. Tim Piala Thomas Indonesia bisa menjadi juara di kandang macan, Cina, tahun 2002. Tak ada alasan timnas sepakbola tidak bisa melakukan hal yang serupa.

Harapan membuat kita hidup. Kemenangan membuat hidup jadi menyenangkan.

Irvan Beka
Wartawan VIVAnews
irvan.beka@vivanews.com

Kemenko Polhukam Susun Rencana Bangun Sistem Pertahanan Semesta di IKN
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita

Golkar: Kabinet Tidak Boleh Dibatasi karena Prerogatif Presiden

Wakil Ketua Umum Golkar mengatakan bahwa tak boleh ada pembatasan dalam membentuk kabinet, karena merupakan hak prerogatif presiden.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024