VIVAnews - Klub asal London Utara, Arsenal, dikabarkan siap memboyong striker Newcastle United, Obafemi Martins. The Gunners siap menampung Obafemi yang kabarnya lelah dengan situasi konflik di St.James Park. Harga buy-out clause yang mencapai 13 juta poundsterling dianggap bukan halangan untuk memboyong mantan pemain Inter Milan itu di bursa transfer tahap II, Januari 2009.
Namun langkah The Gunners mendapat ganjalan dari tim sekota, Tottenham Hotspur. Spurs yang sudah mulai stabil sejak ditangani Harry Redknapp juga menyatakan sanggup memenuhi kewajiban buy-out clause.
Ancaman dua pihak bukanlah berita baik untuk pihak The Magpies. Pasalnya, sejak kisruh melanda Newcastle awal musim ini, Michael Owen juga sudah mengancam untuk hengkang. Bila Obafemi juga pergi, maka pasukan Joe Kinnear akan terlihat bak macan ompong.
Masalah Newcastle dimulai ketika mantan pelatih Kevin Keegan mengundurkan diri. King Kev tak rela wibawanya sebagai pelatih direcoki pemilik Mike Ashley. Kepergian Keegan langsung menuai protes fans The Magpies. Mereka tak hentinya menyalahkan Ashley dan menuntutnya untuk mundur. Ashley tak kalah gertak, ia langsung menawarkan The Toon Army di pasaran dengan bandrol US$ 860 juta.
Kisruh yang belum juga berakhir itu berdampak pada pemain The Magpies. Salah satu yang berani angkat suara adalah striker Xisco.
"Pemain seharusnya tak terlibat dengan hal-hal seperti ini. Dan kondisi ini sama sekali tak membantu tim (untuk bangkit), “ ujar mantan pemain Deportivo La Coruna itu.
"Sekarang kami hanya mencoba konsentrasi pada hasil positif dan tidak memikirkan hal lain,” tambah si pemilik tinggi 188 cm itu.
Sebaik apapun para pemain mencoba bertahan, namun keadaan tak menyenangkan terbawa ke atas lapangan. The Magpies saat ini terperosok di peringkat 17 klasemen sementara. Hanya satu strip di atas jurang degradasi. Koleksi poinnya pun sangat menyedihkan, cuma 15 angka. Hasil tiga kali menang, 6 kali seri dan 6 kali kalah.
5 Negara yang Paling Jarang Utang di Dunia, Nomor 1 Tetangga Indonesia
Tidak semua negara di dunia ini mengandalkan utang dalam proses pembangunan dan pengelolaan pemerintahannya. Ada lima negara yang memiliki tingkat utang paling rendah.
