Rupiah Menanti Sinyal BI Rate

VIVAnews - Kurs rupiah masih belum akan bergerak leluasa. Mata uang ini masih menunggu kebijakan Dewan Gubernur Bank Indonesia mengenai suku bunga acuannya (BI rate) yang akan diumumkan Rabu 7 Januari 2008 ini.

Jika bank sentral menurunkan suku bunganya, rupiah diperkirakan akan bergerak semakin positif. "Karena kalau bunga rendah investor kan bakal melirik ke pasar modal, juga pasar uang," kata CEO Currency Group Manangement Farial Anwar kepada VIVAnews. Pada perdagangan kemarin rupiah masih bergerak di kisaran Rp 10.900-Rp 11.000/US$.

Pelaku pasar berharap otoritas moneter lebih bijaksana dan melunak dengan menurunkan suku bunga acuannya itu. "Paling tidak 50-100 basis poin, ini bukan permintaan yang tidak mungkin," kata dia.

Kalau hanya turun 25 basis poin seperti yang dilakukan pada Desember 2008 lalu saat inflasi November tercatat 0,12 persen, ia yakin tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap perekonomian.

"Ini moment yang pas, karena Desember kemarin kan terjadi deflasi sampai 0,04 persen. BI menunggu apa lagi, yang lain saja suku bunganya banyak yang sudah mendekati nol persen. Saat ini pengusaha sudah ngos-ngosan," kata Farial.

BI, kata Farial, jangan terlalu banyak berteori dan berpikiran text book karena dalam kondisi krisis seperti saat ini teori sudah sulit diterapkan. Yang terpenting bagaimana kebijakan yang diambil itu bisa mengatasi kekacauan. Kalau mereka tidak ingin ada perusahaan bangkrut, PHK, kesejahteraan rakyat merosot, sebaiknya mengambil kebijakan menurunkan suku bunga. "Tolonglah dunia usaha. BI harus agresif mengambil langkah antisipasi yang tidak populer," ujarnya.

Awas Kehabisan! Pendaftaran Mudik Gratis Moda Bus Kembali Dibuka, Kuota 10.000 Orang
Ilustrasi proyek pembangunan.

Perkuat Ukhuwah, KEIND Ingin Berkontribusi Lebih untuk Negara

Lebih dari 200 pengurus pusat, pengurus daerah, pengurus luar negeri serta para Dewan KEIND hadir dalam silaturahmi nasional.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024