Pelantikan Presiden AS

Isi Lengkap Pidato Pelantikan Obama

VIVAnews - Barack Obama diambil sumpahnya sebagai Presiden ke-44 Amerika Serikat, Selasa, di Capitol Hill, Washington DC. Dia presiden pertama dari keturunan Afrika-Amerika. Dalam pidatonya, Obama menyerukan Amerika harus memainkan peran bagi satu era baru yang damai. Berikut transkrip pidato Obama:

Warga yang terhormat:

Saya berdiri di sini dengan rendah hati menunaikan tugas, berterimakasih atas kepercayaan yang anda berikan, dan mengingat pengorbanan dari para pendahulu kita. Saya berterimakasih kepada Presiden Bush atas pengabdiannya bagi bangsa kita, dan juga bagi keramahan dan kerjasama yang dia tunjukkan selama proses peralihan ini.

Sudah 44 presiden Amerika mengambil sumpah. Kata-kata telah dilontarkan selama pasang surut perdamaian. Tapi seringkali sumpah diambil di tengah mendung dan badai. Pada kesempatan ini, Amerika terus berlanjut bukan karena kecakapan atau visi dari para pejabat tinggi, tapi karena kita rakyat tetap setia kepada cita-cita para pendahulu.

Begitulah. Dan begitu juga dengan generasi Amerika sekarang ini.

Semua paham kita berada di tengah krisis. Bangsa kita berada dalam perang, melawan satu jaringan luas kekerasan dan kebencian. Ekonomi kita lemah, suatu dampak dari keserakahan dan sikap tidak bertanggungjawab segelintir orang, tapi juga suatu kegagalan kolektif dalam membuat keputusan yang sulit dan menyiapkan bangsa ke satu era baru. Rumah-rumah telah hilang; pekerjaan tamat; bisnis terpuruk. Perawatan kesehatan kita terlalu mahal, sekolah kita banyak yang gagal, dan setiap hari memberikan bukti bahwa cara kita menggunakan kekuatan justru memperkuat para penentang kita, serta mengancam planet kita.
 
Inilah tanda dari krisis itu menurut data dan statistik. Kurang bisa diukur tapi tak kurang mendalam adalah lenyapnya kepercayaan di sekujur negeri-- suatu ketakutan bahwa keterpurukan Amerika tak terelakkan, dan bahwa generasi masa depan harus menundukkan wajahnya.

Hari ini, saya katakan pada anda, bahwa tantangan itu nyata. Mereka serius dan banyak. Hal itu tak gampang dipecahkan dalam tempo singkat. Tapi ketahuilah Amerika: masalah itu akan tuntas.

Pada hari ini kita berkumpul karena kita memilih harapan ketimbang ketakutan, kesatuan tujuan ketimbang konflik dan sengketa.

Pada hari ini, kami datang menyatakan suatu akhir dari kesedihan dan janji yang ingkar, hujatan dan dogma usang, yang telah begitu lama bercokol di politik kita.

Mantan Komandan IDF Sebut Netanyahu Bikin Israel Semakin Terpuruk

Kita tetap sebuah bangsa yang muda, tapi waktu telah tiba untuk menyingkirkan semua hal yang kekanak-kanakan. Waktu telah tiba untuk menyatakan kembali semangat kita; memilih sejarah yang lebih baik; membawa semua pemberian yang berharga, ide yang mulia, dari gereasi ke generasi: janji yang diberikan Tuhan bahwa kita semua sama, semua adalah manusia bebas, dan patut mendapat kesempatan sama untuk mengejar kebahagiaan.

Dalam menyatakan kembali kebesaran bangsa kita, kita paham bahwa kebesaran itu bukanlah sebuah pemberian. Dia harus diperjuangkan. Perjalanan kita bukanlah jalan pintas. Dia bukanlah jalan bagi mereka yang ragu-ragu --mereka yang lebih suka santai ketimbang kerja, atau hanya mencari kesenangan harta dan ketenaran. Inilah jalan bagi para pengambil resiko, pelaku, para penghasil karya --yang sebagian dirayakan, tapi lebih banyak lagi tenggelam dalam pekerjaan mereka--yang telah membewa kita ke jalan panjang dan keras ke arah kesejahteraan dan kebebasan.

Bagi kita, mereka tak banyak bicara dan menyeberangi samudera untuk mencari kehidupan baru.

Bagi kita, mereka berkubang keringat dan menetap di Barat, mempertahankan melalui cambukan cemeti saat membajak bumi yang keras.

Bagi kita, mereka berjuang dan mati, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg;  Normandia dan Khe Sahn.

Berulang-ulang, lelaki dan perempuan berjuang dan berkorban serta bekerja hingga tangan mereka kasar untuk mendapat hidup yang lebih baik. Mereka melihat Amerika lebih besar dari kumpulan ambisi-ambisi individual kita; lebih besar dari segala perbedaan lahiriah, kekayaan, atau faksi.

Inilah perjalanan yang kita lanjutkan sekarang. Kita dikenal sebagai bangsa yang makmur, bangsa yang berkuasa di bumi. Pekerja kita tidak kurang produktif sejak krisis bermula.  Pikiran kita tak kekurangan kreasi, barang dan jasa kita tidak kurang dibutuhkan sejak pekan lalu, bulan lalu atau tahun lalu. Kapasitas kita memang mengecil.  Namun kinerja kita selama ini, keterbatasan minat dan putusan pilihan yang tidak menyenangkan –saat itu bisa dipastikan telah lewat. Mulai hari ini, kita harus menolong diri kita sendiri, membersihkan diri kita, dan mulai  bekerja kembali untuk membangun Amerika.

Bagi siapa pun yang kita lihat, kerja ini harus dimulai segera.  Ekonomi negara telah menyerukan tindakan, berani dan tangkas, dan kita akan bertindak –tidak hanya membuat pekerjaan baru, tetapi mulai membangun sebuah dasar pertumbuhan.  Kita akan membangun jalan-jalan dan jembatan, saluran listrik dan jalur digital untuk mempercepat perdagangan yang menjamin kita bersama. Kita akan memperbaiki ilmu di tempat yang benar,  menggunakan keajaiban teknologi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan sekaligus murah.  Kita akan menggunakan matahari dan angin dan sumber daya lain untuk bahan bakar kendaraan kita serta untuk mengerakkan pabrik-pabrik kita. Dan kita akan mentransformasi sekolah, kolese, dan univeritas-universitas guna menjawab kebutuhan jaman baru.  Semua ini bisa kita lakukan. Dan semua hal ini akan kita lakukan.

Sekarang, ada beberapa pertanyaan tentang skala ambisi kita  --di antaranya sistem kita tidak bisa mentolerir terlalu banyak rencana besar.  Ingatan mereka terlalu pendek.  Mereka lupa apa yang sudah negara ini lakukan; apa yang pria dan perempuan bebas dapat capai saat imajinasi bergabung dengan upaya biasa dan tentu saja, keberanian.

Apa yang kaum sinis gagal pahami adalah latar perubahan mereka –bahwa argumen politik membosankan yang selama ini mereka lontarkan dalam jangka panjang, kini tak lagi laku.  Pertanyaan yang kita lontarkan sekarang bukan bagaimana pemerintah kita terlalu kecil atau terlalu besar, tapi bagaimana ia bekerja –bagaimana menolong keluarga-keluarga mendapat pekerjaan dengan upah layak, pengobatan yang masuk akal, sebuah pensiunan yang dapat memberikan kehormatan diri. Ketika  jawabannya adalah iya, kita tengah bergerak ke muka. Jika jawabannya tidak, program-program itu harus berakhir. Dan jajaran kita yang mengatur dolar publik akan dihitung –untuk menghabiskan dengan bijak, mereformasi kelakuan buruk, dan melakukan tugas kita saat hari masih cerah— sebab hanya dengan itu kita bisa memperbaiki hubungan vital soal kepercayaan antara rakyat dan pemerintah. 

Pertanyaan serupa juga menimpa orang sebelum kita saat pasar tengah berpacu entah sehat atau sakit.  Kekuasaan untuk melebarkan kebebasan dan kemakmuran umum tidak cocok, tapi krisis ini mengingatkan kita bahwa tanpa mata yang awas, pasar bisa lepas kendali  –dan sebuah negara tak akan makmur sepanjang kolega dekat lebih digandrungi. Kesuksesan ekonomi kita selalu tergantung tak hanya atas ukuran produk domestik bruto, tetapi juga daya jangkau kemakmuran kita; pada kemampuan kita memperluas kesempatan bagi setiap mereka yang mau –bukan karena belas kasihan, tapi karena rute ini meyakinkan bagi kebaikan bersama.

Sebagai masalah pertahanan, kita menolak kekeliruan pilihan antara keamanan dan kondisi ideal kita.  Para Pendiri Negara kita, berhadapan dengan bahaya yang tak pernah kita bayangkan,  membuat draf piagam yang mengatur hukum dan hak asasi manusia, sebuah piagam yang dihasilkan dari pertumpahan darah beberapa generasi.

Hal-hal ideal ini membuat dunia bercahaya, dan kita tak akan memberi mereka beban tambahan.  Dan kepada seluruh rakyat dan pemerintah yang hari ini tengah menonton, dari kota besar sampai desa kecil di mana ayah saya lahir: Ketahuilah Amerika adalah seorang kawan bagi setiap negeri dan setiap orang, wanita dan anak-anak yang mencari masa depan harga diri dan perdamaian, dan kami siap memimpin sekali lagi. 

Ingatlah, generasi awal menghadapi fasisme dan komunisme tidak dengan misil dan tank, namun membangun aliansi bersama untuk mempertahankan keyakinan. Mereka paham bahwa kekuatan kita sendiri tidak akan melindungi kita, tidak jika kita membiarkan mereka. Dengan kata lain, mereka tahu kekuatan kita tumbuh karena pengunaan secara hati-hati; keamanan kita berasal dari kebenaran atas tindakan kita, kekuatan dalam contoh kita,  memerlukan kualitas kerendahan hati dan pengekangan amarah.

Kita adalah pewaris peninggalan mereka. Sekali lagi dengan bimbingan prinsip-prinsip ini, kita dapat menjumpai ancaman baru bahwa tuntutan lebih besar dari usaha –meski dengan kerjasama besar dan pengertian antar negara. Kita akan mulai meninggalkan Irak untuk memberi tanggungjawab pada rakyatnya, dan menempa perdamaian yang sulit di Afghanistan. Dengan kawan-kawan lama dan bekas musuh, kita akan bekerja tanpa kenal lelah untuk mengurangi ancaman nuklir, dan menggulung kembali hantu pemanasan global planet ini. Kita tak akan meminta maaf atas pandangan hidup kita, kita tidak bimbang meski bersikap defensif, dan untuk mereka yang mencari kesempatan dengan cara teror dan melukai mereka yang tak berdosa, kita beritahu sekarang bahwa semangat kami tinggi dan tak akan bisa terpatahkan; anda tak akan bisa mengalahkan kami, dan kami yang akan mengalahkanmu.

Untuk kita ketahui bersama bahwa warisan kita adalah sebuah kekuatan, bukan sebuah kelemahan. Kita adalah sebuah bangsa dengan agama Kristen, Muslim, Yahudi dan Hindu –dan ateis. Kita adalah irisan setiap bahasa dan budaya, gambaran dari setiap akhir Bumi; dan karena kita mencicipi perang sipil dan segregasi, serta  tumbuh dari bab gelap yang menjadikan kita lebih kuat  dan bersatu, kita tidak bisa menolong tapi percaya bahwa kebencian masa lalu suatu hari akan berlalu; bahwa garis suku bangsa cepat lambat akan memudar; bahwa saat dunia tumbuh lebih kecil, kemanusian kita akan mencabar  dirinya sendiri; dan bahwa Amerika harus memainkan peran dalam sebuah era perdamaian.

Untuk dunia Muslim, kita melihat sebuah jalan baru untuk maju, berdasar kepentingan bersama dan penghormatan bersama. Untuk seluruh pemimpin di seluruh dunia yang melihat taburan konflik, atau menyalahkan penderitaan masyarkatnya pada Barat: Mengetahui bahwa rakyatmu akan menjadi hakim atas apa yang kamu bangun, bukan apa yang kamu hancurkan. Untuk mereka yang menyalahgunakan kekuasaan melalui korupsi, penipuan, dan penghilangan aset diam-diam, ketahuilah bahwa kamu berada pada sisi sejarah yang salah; tapi kita akan memanjangkan tangan jika kamu hendak mengepalkan tinjumu.  

Untuk rakyat negara-negara miskin, kami akan bekerja di sampingmu untuk memastikan peternakanmu berbungga dan membiarkan air jernih mengalir; untuk memberi makan penderita kelaparan serta memberi ilmu bagi yang lapar pengetahuan. Dan, untuk negara-negara seperti kami yang relatif berkecukupan; kita katakan kita tak bisa membiarkan perbedaan dan penderitaan terus terjadi di seberang perbatasan negara kita; juga  kita tidak dapat mengkomsumsi sumber daya dunia tanpa takut ada efeknya. Untuk dunia yang berubah, kita harus juga ikut berubah bersama mereka.

Saat kita mengenang jalan yang pernah ditempuh sebelum kita, kita mengenang dengan hormat tentara Amerika yang, setiap jamnya, melakukan patroli jauh di gurun dan puncak pegunungan. Mereka memiliki sesuatu untuk dikatakan kita pada hari ini, sama seperti para pahlawan yang jatuh karena dusta saat Arlington berbisik  melampaui abad. Kita menghormati mereka tak hanya karena mereka penjaga kebebasan kita, namun karena   mencakup semangat melayani; sebuah kehendak untuk mencari makna sesuatu yang lebih besar dari diri mereka. Dan tentu saja, pada kesempatan ini –sebuah momen yang menegaskan sebuah generasi— persis sekali seperti semangat itu menyemangati kita semua.

Seperti halnya pemerintah dapat dan harus melakukan, hal ini pada akhirnya merupakan kepercayaan dan determinasi rakyat Amerika yang bergantung pada bangsa ini.  Adalah menyenangkan untuk membiarkan orang asing bekerja saat waktu istirahat tiba, egosime para pekerja yang lebih suka jam kerjanya dipotong ketimbang melihat seorang kawan mereka kehilangan pekerjaan adalah jam-jam gelap yang harus kita lewati. Seperti nyali pemadam kebakaran melawan badai melalui tangga penuh asap, namun juga keinginan orang tua untuk mendidik seorang anak,  yang akhirnya menentukan nasib mereka.

Tantangan kami barangkali baru. Instumen yang kita buat dan temukan mungkin baru.  Tetapi semua nilai yang membuat upaya kita sukses –kerja keras dan kejujuran, keberanian, toleransi dan kepedulian, loyalitas dan patriotisme –  adalah hal-hal yang sudah tua. Hal-hal itu sudah terbukti benar. Mereka semua adalah kekuatan sunyi bagi kemajuan sejarah kita.  Apa yang dibutuhkan sekarang adalah kembali pada kebenaran. Apa yang dibutuhkan bagi kita sekarang adalah sebuah era baru tanggungjawab –sebuah pengakuan, sebagai bagian dari setiap warga Amerika, bahwa kita memiliki tugas bagi diri kita sendri, bangsa kita dan dunia; tugas bahwa kita tidak enggan menerima kecuali dengan kegembiraan besar; tegas dalam pengetahuan bahwa tak ada lagi yang memuaskan jiwa, maka mari mendefinisikan karakter kita; lalu memberi kita semua sebuah tugas sulit.

Inilah harga dan janji setiap warga negara.

Inilah sumber dari keyakinan kita –pengetahuan bahwa Tuhan memangil kita untuk merubah nasib dan keadaaan.

Inilah makna dari kebebasan dan kepercayaan kita –mengapa pria,perempuan dan anak-anak dari setiap ras dan kepercayaan dapat bergabung merayakan di Mall yang besar ini, dan mengapa seorang pria yang ayahnya kurang dari 60 tahun lalu  bertugas melayani restoran lokal kini dapat berdiri di sini untuk mengambil sumpah suci.

Maka mari rayakan hari ini dengan mengenang, tentang siapa diri kita dan berapa jauh kita telah pergi. Pada tahun-tahun awal kelahiran Amerika, di pegunungan-pegunungan terdingin, satu kelompok patriot kecil  yang sekarat berjubel  mengelingi api unggun di tepi sungai es. Ibu kota sudah hapus. Musuh terus maju. Ceceran salju bercampur darah. Dalam sebuah saat ketika hasil dari revolusi kita begitu meragukan, bapak dari bangsa kita mengucapkan kata-kata ini ke  rakyat: “Biar diceritakan dunia masa depan…. bahwa dalam musim dingin membeku, ketika tidak ada apa-apa lagi kecuali  harapan dan kebajikan yang masih selamat…. bahwa saat kota dan negara ini dalam bahaya, kita berhasil menghadapinya.” 

Amerika. Menghadapi bahaya kita sekarang, pada musim dingin dan kesukaran kita, mari kita mengingat kata-kata itu lagi. Dengan harapan dan kebajikan, mari bersikap berani sekali lagi di tengah musim dingin sekarang, dan tetap bertahan walau badai segera datang. Biar kelak dikatakan oleh anak anak-anak kita, kami menolak membiarkan ini menjadi akhir perjalanan, bahwa kami tidak berpaling,  tidak pula bimbang;  dan dengan mata mengarah ke cakrawala serta rahmat Tuhan kepada kami, kita akan meneruskan berkah besar dari kebebasan ini untuk diantarkan dengan selamat ke  generasi masa depan.

Pakaian Dalam Asal Bantul Siap Bersaing di Amerika dan Inggris
Bea Cukai musnahkan barang kena cukai ilegal

Bea Cukai Kalbagsel Musnahkan Barang Kena Cukai Ilegal Senilai 7 Miliar Rupiah

Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cukai Kalimantan Bagian Selatan (Kalbagsel) gelar serah terima atas barang milik negara (BMN) dan pemusnahan barang kena cukai ilegal.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024