Kesaksian Pendamping Terpidana Mati

"Terpidana Dibalut Seperti Mumi"

VIVAnews - Eksekusi tiga terpidana mati kasus bom Bali, Imam Samudera, Amrozi dan Ali Ghufron tinggal menghitung hari. Bagaimana proses eksekusi berlangsung, apa yang terjadi saat si terpidana meregang nyawa, tidak banyak yang tahu. Kisah tentang eksekusi hanya bisa didengar dari para pendamping rohani, yang memang diperkenankan menemani terpidana di saat algojo menarik pelatuk.

Dari sekian para pendamping rohani itu, salah satunya adalah Romo Carolus. Dia adalah Pastor Paroki Gereja Katolik, St Stephanus di Cilacap, Jawa Tengah. Dan karena jabatannya itu dia pernah mendampingi Antony dan Samuel, terpidana mati karena kasus narkoba yang dipenjara di Nusa Kambangan Cilacap, menghadapi maut beberapa tahun silam.

Dia menyaksikan bagaimana nyawa keduanya bertahan sesudah peluru menikam tubuh. "Antony baru meninggal setelah tujuh menit dan Samuel lebih lama lagi," katanya kepada VIVAnews. Karena pernah menyaksikan penderitaan terpidana, Romo Carolus diajak Tim Pembela Muslim (TPM) -kuasa hukum Amrozi cs- menjadi saksi di Mahkamah Konstitusi di Jakarta, saat para pengacara itu melakukan uji materiil Undang Undang Tata Cara Hukuman Mati.

Kepada Elin Yunita dari VIVAnews di Cilacap, Jumat 31 Oktober 2008, siang ini, Romo Carolus berkisah bagaimana Antony dan Samuel dieksekusi. Berikut petikan wawancaranya.

Romo pernah mendampingi eksekusi mati?
Ya, dua terpidana mati Anthony dan Samuel. Saya menjadi rohaniawan terpidana Anthony karena yang bersangkutan memeluk Katolik. Sedangkan, Samuel memeluk agama Kristen.

Apakah Romo menyaksikan eksekusi tembak mati keduanya?
Saya melihat sendiri, bahwa hukuman tembak itu, terpidananya tidak langsung mati. Ada sekitar tujuh menit sebelum Anthony meninggal. Sedangkan, Samuel agak sedikit lebih lama lagi menuju kematian.

Bagaimana posisi terpidana ketika akan ditembak mati?
Ketika dihukum mati, terpidana diikat di sebuah tiang. Lalu, terpidana dibalut seperti mumi menggunakan ban dalam mobil. Tujuannya, agar terpidana mati itu tidak bergerak-gerak.

Lalu apalagi persiapan eksekusi itu?
Kemudian, tangan terpidana mati itu diletakkan di depan dan diborgol. Borgol itu menggunakan rantai dan menjulur kebawah hingga kaki.

Kenapa diborgol sebegitu kuat?
Agar terpidananya tidak bergerak dan petugas bisa menembak dengan tepat sasaran. Selain itu, pada jantung terpidana diletakkan kain berwarna hitam sebagai penanda sasaran target.

Siapa saja yang bisa menyaksikan detik-detik eksekusi mati?
Tidak ada yang boleh masuk kecuali petugas eksekutor, rohaniawan dan dokter.

Berapa jauh jarak penembak dengan terpidana?
Para penembak itu berposisi di belakang garis putih yang terbuat dari kapur. Mereka berjarak 5 meter dari sasaran tembak. Bila moncong senjata dalam posisi siap tembak, maka jarak antara penembak dengan sasaran hampir 4 meter.

Alasan Wika Salim Semakin Yakin ke Max Adam, Bawa ke Keluarga Saat Lebaran

Baca juga: Hari-hari terakhir Imam Samudra

Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming Raka

Perolehan Suaranya 58,6 Persen, Prabowo Subianto: Itu Hasil Demokrasi dan Perjuangan

Presiden terpilih hasil Pemilu 2024 Prabowo Subianto menyebut kalau capaian suara Prabowo-Gibran sebesar 58,6 persen berdasarkan rekapitulasi KPU adalah capaian demokrasi

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024