Studi di Uni Soviet (Bagian II)

Masa awal-awal kuliah di Uni Soviet

VIVAnews - Setelah mulai kuliah di Uni Soviet, yang mengejutkan pertama kali adalah,  apakah hanya sejauh mini kemajuan Uni Soviet? Bagaimana tidak kaget, saat harus mengisi formulir di Bandara Tashkent penulis melihat pena dan tinta keungu-unguan,seperti apa yang kami lakukan di Sekolah Rakyat sekian tahun kebelakang,kertas formulirnya pun buruk mutunya. Apakah ini Uni Soviet yang bisa meluncurkan Sputnik?

Setelah menceburkan diri dalam kehidupan nyata ditengah rakyat  Uni Soviet, kekecewaan tersebut berangsur pupus dengan sendirinya. Saya pun menyadari bahwa pemerintah Uni Soviet punya kewajiban lebih besar, menjaga agar tetap jadi negara besar dan kuat di hadapan Blok Barat, sehingga kebutuhan kecil-kecil rakyatnya dikorbankan.

Kalau menghadapi layanan di toko-toko milik pemerintah, saya dalam hati kadang mencerca saat menghadapi pelayanan yang tidak profesional dalam standar kapitalisme. “Kalau aku jadi direktur,pelayan toko semacam ini pasti kupecat!

Konfrontasi Memanas, Iran Pertimbangkan Penggunaan Nuklir Lawan Israel

Benar-benar menyebalkan,pelayan yang cantik tapi tengil,beli roti atau makanan lain tidak dibungkus atau bungkusnya buruk sekali.
Tetapi lama-kelamaan kami bisa menyesuaikan diri. Mungkin memang harus begini kalau Indonesia mau maju? Jangan terlalu banyak menggantungkan diri pada barang impor,sampai kertas buat cebok (maaf!) harus impor!

Untuk bidang pendidikan, saya acungi jempol,semua jempol tangan dan kaki! Saya terkejut saat pertama membeli jangka untuk pelajaran matematika (passer doos). Saat ditanah air,harga passer doos lengkap mahalnya bukan main,di Uni Soviet murahnya bukan main - hanya Rb 3,61 dan bandingkan dengan beasiswa yang  Rb 90 (saat pertama tiba masih Rb 900 dengan uang kertas lumayan besar ukurannya).

Tahun pertama kami ditempatkan di asrama Fakultas Persiapan, dimana kami dari pagi sampai sore hanya belajar bahasa Rusia. Tape recorder dimasa itu masih merupakan barang langka dan di Fakultas Persiapan ini. Pada pelajaran-pelajaran  tertentu,setiap mahasiswa menghadapi satu tape recorder. Laboratorium bahasa  ITB saja belum memiliki tape recorder sebanyak itu! Kami dipaksa harus bisa dan menguasai bahasa Rusia dalam beberapa bulan. Kami tiba medio Oktober 1960  dan di bulan Juli 1961 sudah liburan dan siap kuliah di institut pilihan September berikutnya.

Sungguh-sungguh luar biasa,mempelajari bahasa baru dengan hurufnya yang baru sama sekali dan harus bisa menulis kuliah, hanya dalam beberapa bulan. Sistem pengajaran pun hebat,belajar bahasa Rusia dengan guru Rusia dan tidak ada sepatah kata pun pengantar bahasa Inggris atau Indonesia!

Liburan musim dingin pertama, dimanfaatkan untuk memperkenalkan berbagai aspek  budaya Rusia. Mengunjungi tempat bersejarah, peninggalan penulis-penulis terkenal, mengunjungi Bolshyoi Teater,musoleum Lenin, darmawisata ke salah satu Republik Soviet, Latvia dan kota-kota lainnya. Semuanya diatur negara dan memang perencanaannya boleh dikatakan sangat sempurna.

Pemerintah Soviet saat itu memang berkepentingan  dengan bangsa-bangsa Asia,Afrika dan Amerika Latin. Bulan-bulan terakhir di Fakultas persiapan kami mulai diperkenalkan dengan istilah-istilah matematika,fisika dan  kimia.

Liburan musim panas sebelum mulai kuliah di bulan September, dimanfaatkan untuk berlibur ke Selatan dan kami berkenalan dengan sistem pertanian kolektif yang lebih dikenal dengan Kolchoz.

Bulan September adalah awal kuliah dan saya belakangan tahu bahwa pilihan Institut yang diberikan pada kami benar-benar institut terpandang dibidangnya. Di institut dimana saya menimba ilmu, banyak dosen senior dan professor pengajar adalah penulis buku-buku rujukan dibidangnya.

Bisa dibayangkan,anda kuliah dengan kemampuan bahasa Rusia sebatas persiapan beberapa bulan,harus mendengarkan dan menulis semua yang keluar dari mulut dosen. Karena di ITB saya sudah selesai sampai semester 6 (3 tahun),di Institut Metallurgi bisa diterima dan mulai di semester 5.

Saya tidak membayangkan bahwa di institut diperlakukan seperti anak SD,harus berdiri saat diabsen. Tak terbayang kan,mahasiswa semester 5 diabsen dan harus berdiri saat namanya disebut! Tak beda dengan akademi militer saja! Jumlah mahasiswanya memang sedikit,tidak lebih dari 30 orang dari spesialisasi peleburan baja.

Ada beberapa mahasiswa asing, Tiongkok, Vietnam,Bulgaria,Rumania dan Jerman Timur. Dibanding mereka, saya jauh ketinggalan dalam kemampuan menyerap  mata kuliah yang diajarkan. Hal ini diperhatikan oleh para dosen dan saya mendapat bantuan khusus dari beberapa assisten dosen. Prinsipnya, mereka membantu supaya mahasiswa bisa memahami isi kuliah dosen. bersambung..

Pemain Timnas Qatar U-23 merayakan gol

Gol Menit 103, Qatar Lolos Perempat Final Piala Asia U-23 Usai Kalahkan Yordania

Timnas Qatar U-23 menjadi tim pertama yang lolos ke babak perempat final Piala Asia U-23 2024. Kepastian itu didapat usai sang tuan rumah mengalahkan Yordania.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024