Produksi Pabrik Paku Tinggal 30%

VIVAnews - Kapasitas nasional produksi paku dan kawat nasional disinyalir tinggal 30 persen. Turunnya permintaan akibat krisis keuangan global dan derasnya impor murah menjadi penyebab terpangkasnya produksi.

"Mudah-mudahan tahun ini tidak ada lagi yang kolaps," kata Ketua Umum Ikatan Pabrik Paku dan Kawat Indonesia Ario N Setiantoro kepada VIVAnews di Jakarta, Rabu 7 Januari 2009. 

Seperti diberitakan sebelumnya, sejak 2005 - 2008, sudah ada 10 pabrik paku dan kawat yang gulung tikar. "Sekarang tinggal 15 perusahaan yang produksinya hanya 30 persen," kata Ario.

Oleh karena itu, produsen berharap keputusan presiden tentang penggunaan produk dalam negeri yang sedang disiapkan pemerintah cepat keluar. "Masalahnya, terkadang pemerintah masih toleran pada produk impor hanya karena proyek infrastrukturnya didanai pemerintah Jepang atau Cina," ujarnya. 

Menurut dia, terasa adil jika pemerintah mengubah klausul tersebut dan menaikkan kandungan produk dalam negeri menjadi 70 persen. "Sebetulnya kami sedih melihat pabrik sendiri tidak berproduksi, tapi di saat yang sama pelabuhan Tanjung Priok kedatangan barang impor pesanan pemerintah," kata Ario.

Kenaikan bea masuk paku dan kawat menjadi 10 persen dari sebelumnya 7,5 persen disambut gembira produsen. "Kebijakan ini akan menghadang impor paku dan kawat dari Cina yang harganya murah," katanya.

Disebutkan, harga jual paku dalam negeri mencapai Rp 8.300 per Kilogram, sedangkan harga jual produk impor dari Cina hanya Rp 8.000 - 8.100 per Kg.

Ario meyakini para importir masih punya ruang menurunkan harga jualnya. "Saya sempat berbincang dengan importir, dia bilang jangan turunkan harga karena importir akan banting harga lagi," katanya.

Kiprah Ninja Xpress Jadi 'Teman' UMKM Bantu Naik Kelas

Importir hanya ingin membayangi dan menggerogoti pasar dalam negeri. "Bisa jadi paku impor masuk dengan harga jauh di bawah Rp 8.000 per Kg. Sebab produk Cina pula, paku dan kawat dalam negeri tersingkir dari pasaran internasional. 

"Terakhir pada 2002 kami sempat ekspor ke Amerika Serikat," kata Ario. Namun, karena Cina menerapkan praktek antidumping terselubung, akhirnya permintaan ekspor semakin melorot dan akhirnya diputuskan tidak ekspor dulu. "Tak hanya Indonesia korbannya, Malaysia, Jepang, Korea, dan Thailand juga mengalami," ujarnya.

Hingga kini, produsen menggunakan bahan baku wire rode dari pabrik baja pelat merah PT Krakatau Steel dengan harga Rp 7.300 per Kg. "Kami sedang menunggu harga baru dari Krakatau, harapannya harga baja turun," ujarnya. Selain itu, produsen juga berharap suku bunga bisa diturunkan menjadi 7 - 8 persen agar sektor properti menggeliat lagi.

Bank Mandiri secara resmi mengumumkan tim voli putri profesional

Siap Tanding ! Bank Mandiri Resmi Umumkan Tim Proliga 2024 Putri, Jakarta Livin' Mandiri (JLM)

Menjelang kompetisi voli terbesar di Indonesia, Proliga 2024, Bank Mandiri secara resmi mengumumkan tim voli putri profesional dengan nama Jakarta Livin’ Mandiri (JLM).

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024