Kekerasan Polisi di Asrama Kepolisian

Pelaku Berikan Testimoni Lewat Teleconference

VIVAnews - Video pemukulan polisi yang terjadi di Polda Sulawesi Tenggara diakui pelaku dan korban pemukulan sebagai rekaman rekayasa. Mereka mengakui hal itu saat teleconference di Mabes Polri, Sabtu, 21 Februari 2009.

Video itu diambil pada 5 September 2007, pukul 17.30 WIB terjadi di barak polisi Kelurahan Paboya.  Rekaman tersebut diambil menggunakan ponsel Nokia N 70 dan berdurasi 4 menit 30 detik.

Video rekayasa pemukulan itu melibatkan 6 aktor anggota polisi.  Pertama, Bripda Haidar sebagai anggota polisi yang memeragakan diri sebagai orang yang dipukul.  Kemudian ada tiga anggota polisi lainnya yang berperan sebagai senior yang sedang memukuli Bripda Haidar, yakni Franky Yusman, Jusmansar, dan Tryadi Pradana Amri. 

Sementara itu, orang yang berperan sebagai perekam gambar adalah Muzakir, dan yang berperan sebagai pengisi suara adalah Irfan Effendi.

Mereka berenam ditanya melalui teleconference pada saat konferensi pers langsung Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira. 

Saat Abubakar bertanya pada Franky tentang motivasi di balik pembuatan rekaman rekayasa pemukulan itu, Franky melalui sambungan teleconference menjawab, "Siap, hanya untuk kenang-kenangan jika kami ditempatkan di Polres lain yang berbeda-beda" 

Kemudian saat ditanya lagi, bagian mana tubuh Haidar yang dipukul, Franky berkata, "Siap, bagian perut, tangan kiri memegang bahu, dan tangan kanan pura-pura memukul perut."

Abubakar juga bertanya kepada Jusmansar tentang motivasinya terlibat pembuatan video rekayasa tersebut. 
Jusmansar mengaku, saat itu beredar isu akan ada mutasi besar-besaran, sehingga mereka berenam membuat kenang-kenangan rekaman dengan cara itu. 

Hal tersebut juga dibenarkan Haidar, polisi yang berperan dipukuli.  Ia menegaskan, pemukulan terhadapnya tidak benar.  "Itu rekayasa," katanya.

Kemudian saat ditanya wartawan kenapa menggunakan kekerasan, padahal kekerasan merupakan isu sensitif, Irfan Effendi menjawab, "Kami terinspirasi dari kekerasan di STPDN".  Iran mengatakan, pembuatan video itu merupakan ide bersama.

Abubakar bertanya kembali apakah mereka tidak berpikir terbongkarnya video rekayasa itu akan mencoreng nama baik polisi. Dijawab oleh mereka, "Siap, kami berpikir, Jenderal".
 
"Tapi sebelumnya kami pikir tidak akan tersebar.  Ini hanya untuk kami yang melakukan,"  kata mereka.

Para pelaku dan korban mengaku tidak bangga dengan tersebarnya video. "Video itu menjatuhkan nama baik Polri," kata mereka.

Saat teleconference Kapolda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Sutarni Parto mengaku prihatin dengan kejadian ini. "Kami akan usahakan bertugas secara harmonis," katanya.

Sutarni menekankan agar masyarakat tidak perlu ketakutan, karena video tersebut ternyata hanya rekayasa.  Polda Sulawesi Tengah juga meminta maaf kepada masyarakat.

Anies Unggah Foto Bareng Cak Imin, Jubir Timnas Sebut Bahas Rekapitulasi KPU Jelang Pengumuman
CdM Indonesia di Olimpiade 2024 Paris, Anindya Bakrie sambut juara All England

Anindya Bakrie Praises PP PBSI for Indonesian Success in All England

The Chef de Mission (CdM) of the Indonesian contingent at the 2024 Paris Olympics, Anindya Bakrie gave appreciation to PP PBSI over Indonesian Success in All England..

img_title
VIVA.co.id
19 Maret 2024