'Obama' Sulit Muncul di Indonesia

VIVAnews - Kemenangan Barack Obama yang berusia 47 tahun menjadi Presiden Amerika Serikat jelas menginspirasikan. Namun, pengamat politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens, melihat figur seperti Obama sulit muncul di Indonesia.

"Di Indonesia, orang muda berpotensi tidak mungkin mengalahkan tokoh-tokoh generasi tua yang ada di partai, meski tokoh yang lebih tua tersebut tidak terlalu cemerlang," kata Boni usai sebuah dialog di Gedung Dewan Perwakilan Daerah, Senayan, Jakarta, Rabu, 5 November 2008.

Boni menjelaskan, sistem politik Amerika Serikat sangat berbeda dengan Indonesia. Indonesia penuh sesak oleh politisi yang kurang berkualitas. Selain itu, budaya politik AS sangat menjunjung tinggi kebebasan nilai dan pengerucutan ideologi yang jelas. "Misalnya di Amerika Serikat, Partai Demokrat akan otomatis berideologi moderat, sementara Republik cenderung konservatif," kata Boni. Namun di Indonesia, ideologi partai cenderung campur-aduk. "Kadang partai yang mengaku demokrat, bisa sangat relijius dan eksklusif. Partai yang mengaku nasionalis, bisa sangat pragmatis," jelasnya.

Faktor lain yang membuat 'Obama' sulit muncul adalah Indonesia masih disibukkan persoalan etnisitas dalam penentuan presiden/wakil presiden, seperti adanya pandangan Jawa dan Non-Jawa. Hal ini membuat Indonesia tertinggal 200 tahun di belakang Amerika Serikat. Jelas, sangat sulit muncul figur presiden yang berasal dari etnis minoritas.

Prediksi Pertandingan Liga 1: Persib Bandung vs Borneo FC
Ilustrasi game changer.

Proyek Ini jadi 'Game Changer'

Game changer merupakan istilah yang mengacu pada perubahan atau inovasi yang mendasar dalam industri atau pasar yang mengubah dinamika yang ada dan ciptakan standar baru.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024