VIVAnews - Suara Partai Golkar dalam Pemilu 2009 diprediksi menyusut 10-12 persen dari hasil Pemilu 2004. Penyusutan ini, menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia Boni Hargens, membuat Golkar harus memikirkan ulang rekan koalisinya dalam Pemilihan Presiden.
Ditemui usai sebuah diskusi di Gedung Dewan Perwakilan Daerah, Senayan, Jakarta, Rabu, 5 November 2008, Boni menjelaskan tiga faktor yang membuat perolehan suara Golkar bakal melorot menjadi sekitar 16 persen suara Pemilu itu.
Faktor pertama adalah faksionalisasi di dalam internal Golkar tak kunjung surut meski sejumlah tokoh-tokohnya telah keluar dan mendirikan partai baru. Saat ini, setidaknya ada dua faksi utama yang bertahan, faksi Jusuf Kalla dan Akbar Tandjung. "Faksi Jusuf Kalla pasti akan mengambil jalan berlainan dengan faksi Akbar Tandjung," jelas Boni memprediksi arah politik Golkar dalam Pemilihan Presiden.
Kedua, faksi Jusuf Kalla yang berkuasa sekarang, dinilai gagal membangun konsolidasi internal menjaga koalisi dengan Partai Demokrat. Faktor ketiga, elit-elit Golkar yang menjadi pejabat negara juga tidak bagus performanya.
Sehingga, menurut Boni, format koalisi Golkar-Demokrat tak bisa dipertahankan dalam Pemilihan Presiden 2009. Lebih ideal apabila Golkar berkoalisi dengan Partai Hati Nurani Rakyat dan Partai Gerakan Indonesia Raya. "Itu betul-betul solid dan kuat secara ideologis," kata Boni.
Sebagai lawan sepadannya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Damai Sejahtera dan Partai Amanat Nasional. "Koalisi ini lumayan ideal karena mengandung unsur nasionalis sekaligus relijius," kata Boni. Namun begitu, koalisi PDIP dengan Partai Keadilan Sejahtera sulit terjadi, karena ideologi keduanya berseberangan.
Terpopuler: Beda Sikap Ria Ricis-Teuku Ryan Perlakukan Orang Tua, Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia
Berikut deretan 4 rangkuman artikel terpopuler kanal Showbiz VIVA.co.id dalam Round Up sepanjang edisi Rabu 24 April 2024.
