Hemat Energi

Philips Ajak Sekampung Migrasi Lampu

Mungkin belum begitu banyak orang yang sempat bertandang ke Gunung Pancar, Bogor. Di sini ada beberapa lokasi wisata, semisal resort, spa, pemandian air panas, atau track menantang bagi para mountain bikers. 

Bila malam menjelang, pemandangan di daerah perbukitan terpencil yang jaraknya sekitar 15 km dari pintu tol Sentul Selatan itu, terlihat indah dengan kelap-kelip lampu rumah-rumah yang berada di bawah bukit. 

Namun, bila dicermati, kebanyakan lampu yang digunakan di daerah itu adalah lampu pijar. Terkecuali, para penduduk di Desa Karang Tengah Gunung Pancar. Pasalnya, sejak beberapa saat lalu, Philips telah berhasil mengganti sekitar 80 persen lampu pijar di empat RT desa itu, dengan lampu swa ballast hemat energi buatannya.

Lampu swa ballast adalah lampu yang cara kerjanya mirip dengan lampu TL namun, memiliki ballast dan starter terintegrasi. Bentuknya kecil dan biasanya memiliki batangan burner yang bentuknya mirip huruf U.

Mengapa penduduk Desa Karang Tengah mau mengganti lampu pijar mereka dengan lampu hemat energi Philips? Hal itu tak lepas dari kampanye Philips bertajuk ‘Kampung Terang Hemat Energi’. 

Dalam kampanye tersebut, Philips mengadakan program tukar tambah lampu hemat energi dengan lampu pijar milik penduduk. Setiap bohlam pijar yang masih berfungsi bisa ditukar dengan lampu swa ballast berharga Rp 15 ribu-20 ribu, dengan harga lima ribu rupiah.

Alhasil, dari 713 lampu pijar yang ada di seluruh rumah di desa itu, 608 di antaranya telah diganti dengan lampu swa ballast Philips berdaya 3 watt, 5 watt, dan 8 watt. Artinya, sekitar 85 persen penduduk bermigrasi ke lampu hemat energi.

Menurut Philips, lampu 3 watt-nya setara dengan penerangan yang dihasilkan oleh lampu pijar 15 watt. Adapun lampu 5 watt Philips mampu menghasilkan terang yang sebanding dengan lampu pijar 25 watt, dan lampu Philips 8 watt sama terangnya dengan lampu pijar 40 watt. 

“Selama ini kami hidup dengan kondisi penerangan yang tidak maksimal. Berkat failot frojeks (maksudnya pilot projects) ini, desa kami menjadi lebih terang,” ujar Suhandi Widiapranata, Lurah Desa Karang Tengah, Gunung Pancar Bogor.

Heru Gunadi, Marketing Communication Manager Consumer Philips Indonesia, mengatakan, energi yang bisa dihemat setelah penggantian lampu di desa itu mencapai sekitar 20 persen. “Bila sebelumnya konsumsi listrik bisa mencapai 1150 kilowatt, setelah penggantian, menjadi hanya sekitar 950 kilowatt.” 

Kampanye semacam ini akan dilanjutkan ke 49 desa lain di berbagai wilayah. Syaratnya, di daerah itu berdiri sekitar 60 rumah, 70 persen penduduknya masih menggunakan lampu pijar, berstatus sosial C-D, sudah dialiri listrik, dan punya fasilitas publik. 

Menurut General Manager PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, Budiman Bacrulhayat, program ini selaras dengan niat pemerintah untuk melakukan penghematan energi. Kantor-kantor pemerintahan, katanya, telah berhasil menyunat anggaran listriknya sekitar 80 persen. “Dari semula Rp 2 miliar, kini hanya menjadi Rp 417 juta,” ujar Budiman. 

Di lain pihak, kata Budiman, masyarakat juga harus melakukan penghematan listrik. Bagi Budiman, baru bisa dikatakan benar-benar hemat listrik, bila satu rumah dengan kapasitas listrik terpasang 450 kVA, hanya mengkonsumsi Rp 25 ribu sebulan, dan rumah berkapasitas 900 kVA hanya menghabiskan listrik sebesar Rp 57 ribu.

Ganjar soal Prabowo Bakal Rangkul Lawan Politik: Saya Lebih Baik di Luar Pemerintahan 
Ari Sigit, cucu mantan Presiden Suharto

Top Trending: 4 Perempuan Pernah Jadi Istri Ari Sigit, Jayabaya Ramal Kemunculan Gempa Besar

Artikel sederet nama perempuan yang pernah menjadi istri cucu Soeharto, Ari Sigit menjadi yang terpopuler di kanal Trending VIVA.co.id sepanjang Rabu, 24 April 2024

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024