VIVAnews – Langkah pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke elpiji membuat konsumsi elpiji meningkat lebih dari 462 persen. Konsumi elpiji naik dari 16 ribu ton menjadi 90 ribu ton.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, dengan konsumsi sebesar itu, pemerintah telah menghemat Rp 12 triliun karena pemakaian minyak tanah berkurang 2,1 juta Kiloliter. “Ini dihitung subsidi minyak tanah Rp 5 ribu, bahkan sempat Rp 8 ribu per liter,” kata dia di Jakarta, Minggu 14 Desember 2008.
Kalla mengatakan, angka konsumsi elpiji ini masih jauh di atas target, yaitu 5 juta ton per tahun. Dalam konsumsi itu, pemerintah menjamin tidak akan ada kelangkaan elpiji lagi. Karena pasokan dari Pertamina sudah lancar.
Pertamina telah menggandeng kontrak dengan Conoco-Phillips, Medco Energi, Petronas, dan perusahaan gas asal Arab Saudi. Pembanguanan tanki timbun di tiga wilayah juga akan dipercepat kelar dalam enam bulan mendatang. “Kapal juga cukup, karena kapal yang saat ini digunakan untuk tanki timbun bisa digunakan lagi,” katanya.
Yang masih menjadi masalah, jumlah stasiun pengisisan bahan bakar elpiji (SPBE) yang masih sedikit. Pemerintah telah meminta pertamina membangun tempat cadangan elpiji untuk kebutuhan 1,5 bulan konsumsi. “Kalau konsumsinya 5 juta ton, kapasitas cadangan 7,5 juta ton,” katanya.
“Ini merupakan konversi terbesar di dunia, setelah Dubai yang membutuhkan 3 tahun,” kata Kalla. Kesulitan lain, ketidakpercayaan investor dan izin daerah juga membuat kendala program ini.