Megabuwono untuk 2009

Pengamat Politik: Lebih Baik Mega-Hidayat

VIVAnews - Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, berpendapat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan lebih baik mencalonkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hidayat Nur Wahid. Kombinasi dua orang ini komplementer, saling melengkapi.

Jika Mega berpasangan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X atau dijuluki Megabuwono, menurut Andrinof, tak saling membesarkan. Konstituen keduanya sangat beririsan. "Menurut hitungan-hitungan mistik mungkin Megabuwono itu barangkali ya bagus. Kalau hitung-hitungan politik, sebetulnya nggak menghasilkan pasangan yang kuat," kata Andrinof saat dihubungi VIVAnews, Kamis, 18 Desember 2008.

Sementara Mega dipasangkan dengan Jusuf Kalla, menurut Andrinof, jelas tak realistis. "Itu mengkhayal namanya. Sehingga sebenarnya, hanya tinggal empat calon wakil presiden yang bisa mendampingi Mega." Keempatnya yaitu Sultan, Hidayat, Prabowo Subianto dan Wiranto.

"Dari yang empat itu pun belum tentu bisa memperkuat kubu Mega. Misalnya begini, dengan Prabowo atau Sultan, Mega mendapat dukungan dari yang bersinggungan. Jadi tidak banyak penambahan. Penggabungan itu tidak dua tambah dua menjadi empat, malah dua tambah dua jadi tiga," kata Andrinof.

Andrinof mencontohkan, taruhlah Prabowo mempunyai suara 5 persen dan Mega punya 25 persen, penggabungan keduanya paling menjadi 21 persen, bukanĀ  25 persen. Sementara jika pasangan Megabuwono, keduanya sama-sama membidik wong cilik.

"Sementara Mega-Hidayat agak komplementer. Beda basisnya, secara ideologis dan geografis. Mega populer di Jawa, Bali, Lampung dan Indonesia timur. Sementara Hidayat basisnya nggak banyak di situ, tapi menyebar di kota," ujar Andrinof.

Pendukung Mega kebanyakan dari status sosial bawah dan berpendidikan rendah. Sementara Hidayat didukung status sosial menengah dan berpendidikan. "Jadi mereka saling melengkapi, komplementer."

Kasus Uang Tutup Mulut Donald Trump Seret Nama Karen McDougal, Siapa Dia?
Anthony Sinisuka Ginting melawan Viktor Axelsen di Thomas Cup

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Thomas Cup dan Uber Cup merupakan salah satu kompetisi bulutangkis bergengsi di dunia dengan menggunakan sistem beregu putra dan putri.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024