Serangan Udara Israel ke Gaza

"Tuhan, tolong kami..."

Anak itu baru berusia 14 tahun. Kepalanya berdarah-darah sehingga ia terlihat kesakitan. "Saya bahkan tak tahu siapa nama saya?" ujarnya. Tak jauh darinya terlihat seorang laki-laki yang terluka di tangan, kaki dan perutnya.

Ia mengaku sedang berangkat kerja ke sebuah klinik, saat ia mendengar suara pesawat terbang. Tiba-tiba semuanya berubah menjadi gelap. Yang ia tahu, saat ia bangun, luka mendera sekujur tubuhnya.

Bocah belasan tahun dan pemuda itu adalah salah satu dari sekian banyak korban sipil, akibat serangan udara Israel ke jalur Gaza Palestina sejak Sabtu 27 Desember 2008 waktu setempat.

Kunjungan ke Jepang, Sekjen Kemnaker Terus Berupaya Tingkatkan Kerja Sama Pengembangan SDM

Setelah kejadian, mereka dilarikan ke Rumah Sakit Shifa, salah satu rumah sakit besar di Palestina. Berdasarkan pengamatan wartawan BBC, pemandangan di RS itu begitu mengenaskan.

Ruang gawat darurat penuh orang yang mengalami luka-luka. Salah satu pasien tertusuk sebatang kayu di bagian dadanya. 

Hari sebelumnya, pemandangan di kamar mayat lebih menyeramkan. Ruangan dipenuhi oleh tubuh-tubuh tak bernyawa. Padahal masih banyak juga mayat yang tergeletak di jalanan. 

Para orang tua mencari anak mereka di antara mayat yang terbujur. "Anakku... anakku," salah seorang wanita menjerit-jerit sembari menyusuri gedung rumah sakit untuk mencari buah hatinya tercinta. 

Sampai akhirnya pencarian itu berujung pada kesedihan yang mendalam. Ia menemukan anak laki-lakinya berusia 20-an sudah terbaring dittupi kain putih.

Staf rumah sakit melarang wanita itu untuk melihat mayat itu. Sang ibu lantas pingsan di atas tubuh anaknya. Ia tak tahu, mayat anaknya sudah tak berkepala dan tak memiliki perut lagi.

Keluarga dan kerabat korban di rumah sakit itu hanya bisa menjerit. Tak ada kata yang bisa mengekspresikan duka mereka. Hanya ada kata, "Tuhan, tolong kami..." yang mereka ucapkan berulang-ulang.

Itu hanya sekelumit kesedihan yang menimpa salah satu korban. Masih ada ratusan korban lainnya akibat serangan udara Israel. Setidaknya 280 korban tewas dan 600 lainnya yang mengalami luka-luka akibat serangan itu.

Menurut salah seorang juru bicara militer Israel, serangan udara yang dinamakan Operation Cast Lead, itu telah menyerang lebih dari 230 target dengan misil-misil yang ditembakkan dari helikopter dan jet-jet tempur Israel.

"Serangan itu menyasar ke infrastruktur-infrastruktur milik HAMAS, termasuk gedung-gedung, gudang senjata, dan daerah peluncuran roket," ujar juru bicara wanita itu.

Israel mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan balasan atas roket-roket Qassam yang ditembakkan oleh Palestina ke daerah selatan Israel. Pekan-pekan terakhir, setidaknya lebih dari 50 roket yang diluncurkan dari jalur Gaza ke wilayah Israel.
 
Setelah operasi Cast Lead pertama, menurut polisi Israel, sebuah misil meledak di Ashdod, 30 km dari Gaza. Ini adalah serangan terjauh ke dalam wilayah Israel dan memakan satu korban jiwa.

Kendati berbagai pihak menyerukan agar Palestina dan Israel menahan diri, nampaknya keduanya malah tengah bersiap melakukan serangan lanjutan.

Kabinet Israel telah menyetujui aksi militer cadangan yang mengindikasikan adanya kemungkinan operasi militer lebih besar. Tank-tank Israel terlihat menuju wilayah Selatan ke dekat Jalur Gaza. 

Dalam rapat kabinet, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dikabarkan berkata bahwa perang Gaza kali ini kemungkinan akan 'lama, menyakitkan, dan sulit'.

Respons Surya Paloh Soal Waketum Nasdem Sambangi Rumah Prabowo Subianto Malam Ini

"Israel akan terus menyerang sampai mendapat suasana keamanan yang baru di daerah Selatan, saat populasi di daerah itu tak lagi terancam teror dan ketakutan dari serangan roket," ujar Mark Regev, juru bicara Ehud Olmert, seperti dikutip oleh situs Guardian.

Sementara pemimpin politis HAMAS di pengasingannya di Suriah, Khaled Meshaal menyerukan perjuangan Intifadah yang ketiga, termasuk melanjutkan adanya misi pengeboman bunuh diri. 

Menurutnya, selama ini HAMAS telah menerima berbagai opsi perdamaian, namun tak ada hasil yang jelas. "Kami menyerukan intifadah melawan musuh. Perlawanan akan berlanjut melalui misi-misi bom bunuh diri." ujar Meshaal seperti dikutip dari situs Aljazeera.

Bila ekskalasi terus meningkat, tak pelak lagi, 1,5 juta warga Jalur Gaza, akan semakin sering mendapati situasi yang sama seperti yang terjadi di RS Shifa, di Sabtu kelabu itu.

Ilustrasi sidang kode etik anggota polisi

5 Polisi di Kolaka Ditangkap karena Keroyok Warga hingga Babak Belur, Kapolres Minta Maaf

Di lokasi kejadian, 5 polisi tersebut berlagak preman dengan menodong senpi ke korban lalu menghajar secara membabi buta.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024