Serangan Israel ke Palestina

Tiga Langkah Hentikan Serangan Israel

VIVAnews - Bebal dengan kecaman dunia internasional, militer Israel terus menggempur wilayah Gaza, Palestina. Setidaknya 670 orang tewas, kebanyakan adalah penduduk sipil, termasuk anak-anak yang tak berdosa.

Menurut Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, alasan Israel yang menyerang Gaza yakni bertahan dari serangan mortir Hamas, tak terbukti. Serangan Israel, kata dia, membabi buta, tanpa memilih sasaran. "Serangan ini ilegal, banyak kaidah peperangan yang sudah dilangar. Akibanya, banyak masyarakat sipil yang jadi korban,"  kata dia dalam diskusi tentang Perang Israel-Palestina dalam Perspektif Hukum dan Politik di Hotel Manhattan, Kuningan, Jakarta.

Menurut Hikmahanto, ada tiga langkah penyelesaian. Salah satunya mendesak Dewan Keamanan PBB dan Amerika Serikat untuk mengambil tindakan menghentikan perang. " Sayangnya, Amerika Serikat tidak berpihak pada dunia, padahal konflik Israel adalah persoalan dunia," kata Hikmahanto.

Langkah kedua adalah menyerukan negara-negara dunia untuk mengecam Israel agar negara itu menghentikan serangan ke Palestina. Namun, langkah ini terbukti gagal. Israel mengabaikan seruan dunia internasional. Faktor Amerika lagi-lagi jadi penghalang terbesar. "Selama Amerika Serikat ada di belakangnya, Israel aman-aman saja. Harusnya Amerika Serikat netral," tambah Hikmahanto.

Yang paling efektif, tambah dia, mungkin langkah ketiga yakni militer dari beberapa negara membentuk koalisi, tujuannya mengakhiri serangan Israel. "Inisiatif harus muncul dari Timur Tengah," kata Hikmahanto.

Namun, tambah dia, koalisi itu bukan atas nama agama, lebih ke misi kemanusiaan. "Koalisi justru menghindarkan adanya tindakan kesewenang-wenangan," kata Hikmahanto.





Februari-Maret 2024, Satgas PASTI Blokir 537 Pinjol Ilegal
Seniman membawa gebogan dalam Karnaval Budaya Bali di kawasan Nusa Dua, Bali

7 Negara Paling Beragam di Asia, Indonesia Nomor Segini

Negara yang paling beragam di Asia bisa menjadi subjektif karena berbagai faktor seperti keberagaman etnis, budaya, agama, dan bahasa bisa menjadi pertimbangan.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024