Produk Mainan Anak Perlu SNI Wajib

VIVAnews - Akibat membanjirnya produk impor mainan anak-anak dari China, Badan Standardisasi Nasional memandang perlu standar nasional Indonesia (SNI) wajib untuk produk tersebut.

Hal itu didasarkan pada temuan-temuan adanya kandungan zat berbahaya dalam produk mainan anak dari China. "Ditemukan kandungan timah dalam produk tersebut," kata Ketua Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Setiadi di Jakarta, Rabu 5 November 2008. 

Selama ini, pasar mainan anak China sebagian besar di Amerika Serikat. "Amerika jatuh, alihkan ke Indonesia," tambahnya. Selain mainan anak, Bambang juga menyebutkan produk terigu dan permen patut diwaspadai kualitas produknya. "Terigu sudah ada SNI wajibnya, tapi untuk permen pemberlakuan SNI masih bersifat sukarela," kata Bambang. 

Menurut Bambang, industri mainan anak belum siap untuk diberlakukan SNI wajib. Selain itu, laboratorium pengujian juga belum difasilitasi dengan baik. "Oleh karena itu, sekarang masih sukarela, perlahan-lahan untuk menuju SNI wajib," tambahnya.

Sekretaris Jenderal Komite Akreditasi Nasional (KAN) Sunarya menyebutkan setidaknya sudah ada 80 SNI wajib yang diregulasi Departemen Perindustrian.

Terungkap 3 Alasan Iran dan Arab Saudi Saling Bermusuhan, Isu Agama Paling Kuat

Lebih lanjut dijelaskan, persyaratan wajib SNI hanya dikeluarkan oleh departemen teknis, semisal SNI wajib baja oleh Departemen Perindustrian. "BSN hanya mengeluarkan standar minimal suatu produk layak dijual, tidak berhak mewajibkan SNI suatu produk," katanya.

Ketua Umum Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia (ALSI) Arief Safari menyatakan SNI wajib, semisal baja, tidak hanya berlaku pada produksi dalam negeri tapi juga untuk produk impor. "Produk impor harus disesuaikan dengan SNI agar bisa masuk, kalau tidak harus dihentikan," kata Arief di tempat yang sama. 

Dalam tim terpadu pengawasan peredaran barang yang dikoordinir Menteri Perdagangan, kata Sunarya, BSN berperan memastikan standar yang dipakai sesuai SNI, dan laboratorium atau lembaga sertifikasi yang dipakai produk tersebut juga terakreditasi internasional.

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta

Rupiah Amblas ke Rp 16.200 per dolar AS, Gubernur BI Lakukan Intervensi

Nilai tukar rupiah akhir-akhir ini melanjutkan tren pelemahan yang kini telah menembus level Rp 16.200 per dolar AS.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024