Penentuan Calon Wakil Presiden

Megawati Tetap Terima Usulan Daerah

VIVAnews – Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Jawa Timur, Sirmadji, mengatakan calon pendamping Megawati Soekarnoputri, tengah digodok oleh tim khusus.

Klasemen Liga 1: Klub Raffi Ahmad Kecebur Zona Degradasi

“Digodok tim nasional. Mereka dipantau perkembangannya melalui survei dan investigasi,” kata Sirmadji kepada VIVAnews, Senin 2 Pebruari 2009.

Terdapat lima tokoh yang didukung mayoritas daerah untuk mendampingi Megawati maju merebut kursi presiden. Itu muncul di Rapat Kerja Nasional IV PDIP 2009 di Solo, Jawa Tengah.

Sudahi Kegaduhan terkait Pilpres 2024, Elite Politik Diminta Tiru Sikap Prabowo

Mereka adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X (kader Golkar dan Gubernur Yogyakarta), Fadel Muhammad (kader Golkar dan Gubernur Gorontalo), Akbar Tandjung (mantan Ketua Umum Partai Golkar), Surya Paloh (Dewan Penasehat Partai Golkar), dan Prabowo Subianto (Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya).

Selama penelitian terhadap nama-nama itu, kata Sirmadji, daerah ikut memantau dinamika di masyarakat. Misalnya, siapa sebenarnya tokoh yang paling diharapkan maju menjadi wakil presiden berpasangan dengan Megawati.

Unik, Pendaftaran Bakal Calon Bupati di Manggarai Serahkan Ayam Jago dan Tuak ke Panitia

Tim khusus yang dibentuk Megawati itu tugasnya membantu mencari tokoh yang dianggap tepat masuk daftar calon wakil presiden. Setelah didapatkan, nama-nama itu bakal direkomendasikan ke Megawati. Selanjutnya Mega memilihnya.

Sirmadji mengatakan belakangan ini muncul wacana Megawati tidak akan menentukan sendiri  pendampingnya. Walau Megawati telah diberi otoritas berdasarkan hasil Rapat Kerja Nasional untuk memutuskan siapa wakilnya.

“Ada rencana pendapat itu akan dimintakan sampai ke tingkat pimpinan cabang,” kata Sirmadji. “Karena tidak melulu pendapat dari pengurus, harus memantulkan suaranya rakyat.”

PDIP ingin mengulang sukses. Partai ini pernah menang pada Pemilu 1999. PDIP memperoleh suara mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat dengan 151 kursi. Namun, PDIP gagal membawa Megawati ke kursi kepresidenan karena kalah voting dengan Abdurrahman Wahid pada Sidang Umum Majelis Perwakilan Rakyat 1999. Karena itu Megawati hanya duduk di kursi wakil presiden.

Setelah Abdurrahman Wahid turun dari jabatan presiden pada 2001, PDIP berhasil menempatkan Megawati ke kursi presiden.

Suara PDIP kembali merosot pada Pemilu Legislatif 2004. Perolehan suara partai ini turun ke peringkat kedua, dengan 109 kursi. Untuk Pemilu Presiden 2004, partai ini mencalonkan Megawati sebagai presiden berpasangan dengan Hasyim Muzadi sebagai calon wakil presiden. Tapi gagal.

Pada Pemilu 2009, partai itu kembali mengusung Megawati sebagai calon presiden.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya