VIVAnews - Bank Indonesia mengakui telah mengubah metode pengawasannya untuk meningkatkan sistem pengawasan bank. Namun produk dan modus kejahatan yang berkembang cepat sulit untuk direm.
Menurut Deputi Gubernur BI Siti Fadjriah, saat ini BI mengembangkan sistem risk based aproach, atau pendekatan berbasis risiko. Dengan pendekatan ini, pergerakan lingkungan, baik makro dalam negeri, global sangat berpengaruh pada risiko setiap bank.
"Itu juga termasuk mendeteksi karakter yang kurang baik dari owner dan manajemen," kata dia di depan anggota Komisi Keuangan DPR dalam rapat di Jakarta, Selasa 10 Februari 2009.
Dulu, lanjut dia, BI menganut pendekatan secara compliance aproach. Dengan metode itu, BI hanya bisa mengetahui atas sesuatu yang sudah terjadi, sehingga selalu tertinggal jika ada penyelewengan.
Dalam melakukan pengawasan, saat ini BI melakukan onsite dan offsite supervision. Pengawasan onsite dilakukan setiap tahun. BI juga setiap saat bisa masuk ke bank jika melihat hal-hal yang dianggap berisiko. "Ini gunanya pengawasan offsite jika kita mengindikasikan perkembangan aneh, kita bisa lakukan tiap saat mengirim pengawas. Kita tidak perlu menempatkan pengawas di bank karena setiap saat kita bisa masuk," tegasnya.
Ia mencontohkan untuk kasus derivatif, BI sudah melihat bahwa kasus produk itu bukan hanya kasus masing-masing bank, tetapi bank sebagai agen yang menjual produk dari luar negeri. "Kita mengetahui transaksi foreign exchange sangat aktif, bank kita datangi lngsung," katanya.
Untuk mencegah kejahatan di bidang perbankan, BI akan meningkatkan pengawasan, terutama kompetensi pengawas. Dari sisi biaya untuk pengawas juga ditingkatkan. Yang menjadi masalah selama ini pengawas tidak familiar dengan bisnisnya. Pola pikir pengawas dengan bisnisnya seringkali bertolak belakang. Pengetahuan pengawas harus tingkatkan agar pengetahuannya tentang bisnis bisa seimbang.
"Misalnya produk derivatif, kita masih tahu mengenai produk derivatif yang sederhana. Masya Allah ternyata produk itu demikian maju. Kita belum terpikir, namun ternyata sudah ada produk seperti itu, terutama bank-bank asing yang membawa," tandasnya.
Seperti diketahui, masalah pengawasan BI memang disorot oleh dewan. Anggota Komisi XI Melchias Markus Mekeng misalnya mengatakan sistem pengawasan BI selama ini lemah. Kasus pelarian dana nasabah sudah terjadi berulang kali dan tidak ada perbaikan. Seperti kasus Antaboga yang ada di Bank Century, BI sudah mengetahui sejak 2005, namun tetap saja BI tidak bisa mencegah kasus tersebut. "Kalau tidak benar, BI bisa memberhentikan bank, masalahnya BI berani atau tidak," kata dia.
VIVA.co.id
28 Maret 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
VIVA Networks
Koleksi Mobil Mewah Helena Lim, Crazy Rich PIK Tersangka Korupsi Timah
100KPJ
sekitar 1 jam lalu
Kejaksaan Agung menetapkan Helena Lim sebagai salah satu tersangka kasus tindak pidana korupsi tambang timah ilegal, periode 2015-2022. Atas perbuatannya crazy rich PIK (
Istilah "insecure" erat kaitannya dengan tingkat percaya diri seseorang, yang merupakan perasaan yang dapat berubah sesuai dengan situasi yang dialami. Apakah ini dosa?
Sinopsis dan Fakta Hot Blooded, Jung Woo Hempas Citra Pria Lucu jadi Sosok Tangguh
IntipSeleb
25 menit lalu
Hot Blooded adalah film Korea Selatan yang mengangkat kisah peperangan sengit gangster memperebutkan harta dan wilayah, Jung Woo sebagai pemeran utamanya.
Saksikan Festival ANTV Ramadan Sukabumi, Ada Sabyan Gambus hingga Happy Asmara
JagoDangdut
25 menit lalu
Hai wargi Sukabumi, jangan lewatkan Festival ANTV Ramadan akan hadir di kota kesayangan kalian pada Sabtu, 30 Maret 2024, mulai pukul 08.00 wib - 23.00 wib.
Selengkapnya
Isu Terkini