Ho Ching, CEO Temasek

Tak Menyesal Turun Takhta

VIVAnews - Kepala eksekutif korporat (CEO) perusahaan investasi Singapura Temasek Holdings, Ho Ching, bersiap mengundurkan diri dari jabatannya. Ho akan digantikan Charles Goodyear, mantan CEO perusahaan tambang BHP Billiton, 1 Oktober 2009, setelah masa transisi selama tujuh bulan.

Pemegang peringkat 8 dalam daftar 100 Perempuan Berpengaruh di Dunia 2008 versi Majalah Forbes ini mengaku tidak menyesali pengunduran dirinya dari Temasek. "Jika kita hidup dengan rasa menyesal, kita tidak akan melakukan apa pun," kata perempuan berusia 55 tahun ini.

Sebelum memimpin Temasek, Ho memulai karirnya di Departemen Pertahanan Singapura, tempat ia bertemu suaminya Lee Hsien Loong, anak tertua perdana menteri (PM) Lee Kuan Yew. Ho dan Lee menikah pada 1985 setelah kematian istri pertama Lee, Wong Ming Yang.

Sementara karir Lee di kabinet terus menanjak hingga akhirnya menggantikan ayahnya sebagai PM, Ho pindah ke perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) Singapore Technologies pada 1987. Ia merombak perusahaan itu secara besar-besaran.

Majalah Forbes menulis bahwa sifat Ho yang berani mengambil resiko-lah yang membuat Ho meraih posisi puncak di Temasek. Bukan semata-mata berkat hubungan keluarga. Sejak menjabat sebagai CEO Temasek, Ho memang mengubah struktur dan citra perusahaan investasi ini.

"Dia adalah orang terbaik bagi pekerjaan ini, tidak ada hubungannya dengan status Ho sebagai istri Lee," kata Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura S. Dhanabalan saat menunjuk Ho sebagai CEO Temasek.

Menurut laman Business AsiaOne, portofolio investasi Temasek sebelum dipimpin Ho lebih banyak berpusat di Singapura. Perusahaan pemerintah ini memiliki banyak saham di BUMN-BUMN Singapura, yang kini disebut perusahaan jaringan Temasek.

Kini, jumlah portofolio Temasek telah meningkat dari Sin$ 60 miliar pada 2003, menjadi Sin$ 185 miliar pada akhir Maret 2008. Temasek kini juga lebih terbuka dan transparan.

Di bawah pemerintahan Ho, Temasek mengubah strategi investasinya. Temasek membagi investasi ke tiga wilayah, ke Singapura, Asia, dan negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Pembangunan Eropa (OECD). Temasek terutama menyasar negara-negara berkembang dan negara yang memiliki pasar kelas menengah prospektif.

Ho memulai invasi ke sektor perbankan Asia pada 2003. Melalui anak perusahaan Fullerton Financial Holdings, Temasek membeli saham mayoritas di dua bank Indonesia, Danamon dan Bank Internasional Indonesia. Ho juga melakukan investasi besar di China dan India.

Langkah Ho yang paling kontroversial yakni ketika Temasek berinvestasi ke perusahaan Thailand Shin Corp, milik keluarga mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra. Kebijakan kontroversial Ho lainnya yaitu saat Temasek mengambil alih 14,7 persen saham penyedia layanan anak-anak Australia, ABC Learning, November lalu.

Saat krisis finansial global mulai mendera akhir 2007, Temasek membeli 15 persen saham Merrill Lynch dan Barclays Bank. Kebijakan ini menimbulkan kerugian besar, meski Ho menegaskan bahwa investasi ini merupakan investasi jangka panjang.

"Tujuan saya di Temasek adalah untuk membangun sesuatu yang akan melampaui saya dan terus berjalan dari satu generasi ke generasi selanjutnya," kata putri tertua dari empat anak mantan pebisnis Ho Eng Hong dan Chan Chiew Ping ini, Rabu 4 Maret 2009.

Ahli Waris 7 Korban Kecelakaan Bus Rosalia Indah Terima Santunan dari Jasa Raharja
Ilustrasi pesawat / roket luar angkasa.

Mendag: Kami Siap Meluncurkan Roket Bertenaga Metana Perdana

Menteri Perdagangan atau Mendag menargetkan akan menjadi peluncuran perdana roket buatan domestik bertenaga metana pada 2030.

img_title
VIVA.co.id
12 April 2024