Wawancara Ketua Dewan Penasehat, Surya Paloh

"Apa yang Salah Dengan Langkah Sri Sultan"

Sri Sultan Hamengkubuwono X  menjadi kandidat terkuat pendamping Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden 2009. Jajak pendapat internal partai itu yang di gelar November 2008 menaruh Sultan sebagai calon wakil presiden pilihan para kader partai.

Sultan sudah diundang ke rumah Megawati di Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu pekan lalu. Mega juga sudah berkunjung ke Keraton Yogyakarta, Senin pekan ini. Sebelumnya Taufiq Kiemas, suami Megawati yang juga Ketua Dewan Pertimbangan PDI Perjuangan, sudah bertemu Sultan di Hotel Hyatt, Sleman,Yogyakarta. Di situ, raja Yogyakarta itu sempat nembang, menyanyikan sebuah lagu.

Walau belum ada keputusan resmi, dalam Rapat Nasional (Rakernas) PDI Perjuangan di Solo, Selasa pekan ini, banyak pengurus daerah mencalonkan Sultan. Saat pembukaan rapat, banyak kader yang berpekik Mega- Buwono.  Sultan yang duduk di samping Taufiq  terlihat sumringah.

Gembira di PDI Perjuangan, bergejolak di Golkar. Sejumlah petinggi partai beringin menuduh Sultan melanggar ketentuan internal. “Seharusnya mundur dari Golkar karena melanggar disiplin partai,” kata Prof.Dr. Muladi, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Golkar Bidang Hukum dan Ham di Jakarta, Rabu,kemarin.

Muladi melanjutkan bahwa Golkar sudah memberi sanksi moral kepada Sultan. Sanksi lainnya diputuskan setelah pemilihan legislatif.

Tampaknya memang para petinggi Golkar pecah dalam menyikapi langkah politik Sultan, yang juga ketua Golkar Yogyakarta itu. “Apa yang salah dari langkah Sri Sultan,”Tanya Surya Paloh, Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar itu.

Apalagi, lanjut Surya, hingga saat ini Golkar sendiri belum menetapkan calon presiden. Kalau sudah ada calon presiden, barulah Sultan dianggap mbalelo.

Tahun lalu Surya Paloh memang beberapa kali melakukan manuver politik menyatukan Golkar dan PDI Perjuangan dalam Pemilu 2009. Manuver itu bermula dari Jepang. Di sana Surya bertemu dengan Taufiq Kiemas. Inti pertemuan bahwa Golkar dan PDI Perjuangan harus bersekutu dalam Pemilu 2009.

Pertemuan itu kemudian berlanjut di Jakarta, di Palembang dan beberapa tempat lain. Apakah kian mendekatnya Sultan ke Megawati bagian dari manuver panjang itu. Berikut petikan wawancara Surya Paloh dengan Wens Manggut dari VIVAnews, via telepon Kamis pagi ini.

Di Depan Para Pengusaha Ritel, Airlangga Sebut Aturan Impor Bakal Direvisi

Sultan menjadi kandidat terkuat mendampingi Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden 2009. Para petinggi Golkar tampaknya pecah menyikapi langkah itu. Sebagai Ketua Dewan Penasehat partai, penilaian Anda bagaimana?

Saya kira tidak ada perkembangan yang baru dalam politik Golkar. Ketua Umum sudah bilang bahwa kandidat presiden akan diputuskan setelah pemilihan umum legislatif April 2009. Selama belum ada pengumuman resmi, setiap kader sah-sah saja melakukan manuver politik.

Mengapa manuver itu dianggap sah ditengah Golkar sedang konsolidasi internal?

Apa yang salah dari langkah politik Sultan itu. Tidak ada sama sekali. Langkah itu pun tidak akan berdampak buruk bagi perolehan suara Golkar. Apalagi hingga kini partai belum memutuskan calon presiden. Sebelum ada keputusan partai soal calon presiden, apa yang dilanggar Sultan. Kecuali kalau calon presidennya sudah ada.

Salah seorang ketua Golkar, Muladi, mengatakan Sultan harus mundur karena melanggar disiplin. Artinya ada kode etik internal yang diterabas Sultan?

Saya kira Pak Muladi keliru. Langkah Sultan itu tidak buruk buat Golkar. Itu sah-sah saja. Toh partai ini belum menggelar musyawarah memilih presiden.

Sebagai Ketua Dewan Penasehat, Anda mestinya paham  betul apa yang sesungguhnya terjadi dengan partai Golkar.

Pengemudi Fortuner Arogan Bikin Geram Kolonel Pom Jeffri: Gayanya Melebihi Tentara

Semua yang terjadi ini baru pemanasan. Jangan sakit perut dulu lah.   

Anda pernah melakukan manuver politik menyatukan PDI  Perjuangan dan  Golkar dalam pemilihan umum 2009. Anda membahas soal itu di Jepang dengan Taufiq Kiemas. Pertemuan itu berlanjut ke Jakarta dan Palembang. Sekarang Sultan jadi kandidat terkuat wakil Megawati. Petinggi Golkar lain menyalahkannya tapi Anda membela. Ada kesan langkah Sultan ini bagian dari manuver panjang Surya Paloh?

Terjebak Banjir di Dubai, Atta Halilintar Tetap Kirim Doa untuk Sulawesi Utara

Ha..ha..haha. Kebaikan bangsa ini adalah harapan kita bersama.Sistem demokrasi baru berjalan kalau kita melakukannya bersama-sama. Sebuah kebijakan pun akan jalan kalau kita kompak. Kalau kita tidak bersama sayang sekali. Bodoh sekali kita ini.

“Kita” itu maksudnya PDI Perjuangan dan Golkar?

Kita semua lah. Semua anak bangsa ini.

Anda masih sering bertemu Sultan selama ini?

Iya. Minggu lalu saya baru pulang dari Kalimantan Tengah bersama Sri Sultan. Tentu saja saya sering bersama beliau, karena di Golkar dia anak buah saya.

Menurut Anda Sultan layak maju sebagai wakil presiden?

Sangat layak. Dia memenuhi semua syarat formal. Kapasitasnya bagus. Dari sisi indeks kepatutan juga layak. Dia kader senior partai. Pokoknya secara formal serba layak.

Anda punya saran bagaimana sebaiknya Golkar menyikapi langkah Sri Sultan itu?

Beri kesempatan kepada Sri Sultan. Jangan disalah- salahin dulu. Sultan perlu dibantu. Kalau tidak mau bantu, ya, jangan jelek-jelekin Sultan lah. Toh belum tentu terpilih juga. Selama ini politik kita selalu salah. Ada kader yang maju dianggap salah. Sebaliknya, kalau tidak maju dianggap sebagai pengecut. Selalu serba salah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya