Krisis Keuangan Global

Tingkat Suku Bunga di AS Turun Hingga 1%

VIVAnews - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), memangkas tingkat suku bunga 0,5 poin hingga menjadi 1 persen, Rabu sore 29 Oktober 2008 waktu New York (Kamis pagi WIB). Langkah The Fed itu untuk mendukung langkah pemerintah AS memulihkan kembali stabilitas pasar uang yang diguncang krisis. 

Sehari menjelang pemotongan suku bunga, para pelaku bursa saham di Wall Street sudah menyambutnya dengan pembelian besar-besaran saham-saham murah sehingga indeks harga melonjak hingga hampir 900 poin - terbesar sejak 13 Oktober 2008. Namun bersamaan dengan pengumuman The Fed tersebut, indeks saham industri Dow Jones kembali melemah - walau cuma 74 poin - jelang akhir penutupan perdagangan Rabu.

Para pengamat menilai bahwa pemangkasan suku bunga tersebut merupakan langkah terbaik yang dilakukan The Fed untuk bergerak cepat menstabilkan kondisi moneter di AS, yang tengah bersiap menyambut pemilihan umum 4 November mendatang. Baik pemerintah dan The Fed tidak mau rakyat terus risau menghadapi krisis keuangan - yang ditandai dengan anjloknya harga saham-saham dan ancaman bangkrutnya banyak perusahaan - saat mereka menyambut hajatan penting empat tahunan tersebut.  

"Para pembuat kebijakan tampak bergerak lebih cepat dan menggunakan segala upaya untuk mencegah ekonomi dan pasar keuangan AS tergelincir ke resesi yang lebih dalam," kata Mark Zandi, kepala ekonom dari Moddy's Economy.com. 

Pemangkasan suku bunga oleh The Fed memang telah diharapkan para investor. Hal itu diharapkan bisa berpengaruh pada pulihnya pinjaman antar bank.

Satu persen merupakan tingkat suku bunga terendah yang ditetapkan The Fed sejak periode 2003-2004. Bahkan, sejak zaman pemerintahan Dwight Eisenhower tahun 1958, belum pernah satu pun presiden AS selain George W. Bush yang menyaksikan tingkat suku bunga yang begitu rendah dalam pemerintahannya. 

Maka, menurut kalangan pengamat, bisa saja di waktu mendatang The Fed kembali menurunkan suku bunga hingga nol persen. Namun hal itu bisa menimbulkan risiko. Bila krisis kredit tiba-tiba bertambah buruk , The Fed harus bekerja keras mengerahkan cadangan devisa.
 
Menurunkan tingkat suku bunga juga bukan berarti obat mujarab untuk menyembuhkan AS dari krisis kredit. Kebijakan itu hanya berguna untuk memancing bank-bank kembali meminjamkan dana mereka. Masalahnya selama ini mereka enggan memberi pinjaman baru mengingat kerugian besar yang telah diderita karena tak bisa mencairkan aset-aset bermasalah. (AP)  


Ketahui Manfaat dan Risiko Saham Blue Chip, Dapatkan Dividen yang Konsisten
Penumpang bus dari terminal Batoh, Banda Aceh. VIVA/Dani Randi

Arus Mudik di Aceh Diprediksi Meningkat 9 Persen pada 2024

Pergerakan arus mudik hari raya Idul Fitri Tahun 2024 di Provinsi Aceh diprediksi mengalami peningkatan dibanding tahun lalu.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024