AM Fatwa Terima Penghargaan dari Teheran

VIVAnews - AM Fatwa menggelar syukuran di ruang wartawan Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa 3 Pebruari 2009. Acara itu sebagai perayaan atas penghargaan Pejuang anti-Kezaliman yang dianugerahkan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, kepada Fatwa, di Teheran.

Jelang Musim Haji, Begini Kondisi Terkini Cuaca di Tanah Suci

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini baru saja diundang pemerintah Iran, pada 27 Januari-2 Februari 2009.  Yang mengundangnya adalah Kepala Badan Yudikatif; Ayatollah Hashemi Shahroodi, wakil Presiden Iran Bidang Veteran, dan Wakil Ketua Majelis Syuro; Sayed Mohammad Hasan Abutourabi.

Fatwa mengaku sempat terkejut ketika menjadi salah satu penerima penghargaan. Sebab, kata dia, sebelum menghadiri acara itu, pemerintah Teheran tidak pernah memberi tahu.

Gunung Ibu Erupsi Kembali, Semburan Abu Tebal Membubung Tinggi 4.000 Meter

Dia menerima penghargaan anti-Kezaliman pada 29 Januari di acara 2nd National Congress of Fajrafarinan di Teheran.

Penghargaan itu diberikan Mahmoud Ahmadinejad dalam kongres internasional untuk memperingati 30 tahun Revolusi Islam Iran.

Waspada, Masyarakat Jangan Tertipu Ditawarkan Berangkat Haji Gunakan Visa Non Haji

Fatwa mengatakan baru mengetahui alasan menjadi salah satu penerima penghargaan itu setelah serah terima penghargaan.

Pemerintah Teheran mempertimbangkan Fatwa masuk nominasi setelah mempelajari riwayat hidupnya. Dia tercatat sering keluar masuk tahanan di era Orde Baru karena menentang kezaliman, menentang suatu sistem yang diktator di masa itu.

Selain Fatwa, penerima penghargaan lainnya yang berasal dari luar Iran adalah Buntu Hulunisa, jenderal yang mendampingi Nelson Mandela dalam perjuangan antiapartheid di Afrika Selatan.

Shamir Qantar, pejuang Palestina asal Lebanon juga menerima penghargaan. Shamir tercatat pernah menjadi tawanan perang dan dijatuhi hukuman mati oleh Israel, namun akhirnya dibebaskan melalui pertukaran tawanan.

Di acara itu pesta kecil-kecilan ini, Fatwa didampingi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Hidayat Nur Wahid.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya