Rupiah Makin Limbung, Stop di 11.975/US$

VIVAnews - Pasar uang ambruk. Tidak hanya di dalam negeri, nyaris semua mata uang di kawasan Asia Pasifik jatuh ke level terendah. Rupiah bahkan sempat bertengger di level Rp 12.040/US$.

Namun pada pukul 16.05 WIB,  Rabu 18 Februari 2009, rupiah pada indeks mata uang Bloomberg bertengger di posisi 11.975/US$. Sementara data kurs tengah Bank Indonesia, rupiah stop di Rp 11.925/US$. Kondisi ekonomi global yang kian tidak pasti menjatuhkan kepercayaan pelaku pasar.

Bank Indonesia mendeteksi aksi borong terhadap obligasi korporasi di Amerika Serikat yang membuat rupiah terjerembab. "Tapi kita akan terus berada di pasar. Kita siapkan seluruh amunisi," kata Gubernur Bank Indonesia Boediono menanggapi rupiah yang anjlok ke Rp 12.000/US$ pagi tadi.

Sementara pakar ekonomi internasional dan kebijakan moneter dari Universitas John Hopkins, AS, Steve Hanke menilai sistem nilai tukar intermediate yang dianut Indonesia dianggap berbahaya. Sebab sistem tersebut mencampurkan kebijakan moneter dan nilai tukar.  "Untuk negara berkembang, idealnya menggunakan sistem tukar nilai tetap (fixed exchange rate)," ujar Steve Hanke.

Menurut Steve, kebijakan nilai tukar intermediate yang diterapkan Indonesia berbeda dengan sistem di Amerika Serikat. Negara adidaya yang kini dilanda krisis tersebut menggunakan sistem pure exchange rate dimana Bank Central AS (The Fed) hanya memiliki kebijakan moneter dan tidak mengatur kebijakan nilai tukar.

Jokowi Beri Tugas Baru ke Luhut Urus Sumber Daya Air Nasional
Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Bintoro di TKP Polisi Bunuh Diri

Polisi Periksa 13 Saksi Kasus Tewasnya Anggota Polresta Manado di Mampang Jakarta Selatan

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Bintoro, mengaku saat ini pihaknya sudah melakukan pemeriksaan 13 orang atas tewasnya anggota Satlantas Polresta Manado.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024